Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Model di Tahun Politik

Oleh: Mohamad Rizky A.*

Televisi itu masih menyala. Menampilkan gambar dan model yang berkilat bergantian. Sesekali tombol di remote ku pencet, mengganti saluran. Kemudian aku heran. Ada yang berubah. Bukan acaranya yang tidak mutu, karna itu sudah pasti selalu. Bukan pula kontes music yang sedang ngetrend. Iklan modellah yang hilang. Bukan sembarang model, bidangnya juga tak sembarang. Model politik, kata yang cocok untuk penggambarannya.

Segala yang berbau model, selalu tertampang, tujuannya untuk dikenal. Begitulah agar disukai, seperti pepatah  kuno, “Tak kenal maka tak sayang.” Kebanyakan dari model berpikir begitu, maka mereka tak sayang uang agar dikenal.

pict source: krjogja.com
Begitu kebeletnya terkenal, sampai-sampai mereka menampang di Koran hingga pohon. Tidak ada pelosok yang luput dari foto mereka. Berjas dan berdasi, dengan kata lain rapi. Yah barangkali karna ada tambahan politik dibelakang model. Anak muda jaman sekarang, menjuluki orang yang suka pamer foto dengan narsis. Pernah juga kubacai dalam buku, jika setiap manusia memiliki sifat narsis. Freud yang menulisnya demikian. Tak  heran jika foto yang diambil kerap dari depan, jenis photo selfy yang bakal ngetrend lagi pertengahan tahun ini.

Barangkali terinspirasi acara pencarian bakat di tv swasta, kemarin juga ada audisi buat model politik. Tepatnya tanggal 8 kemarin. Cara mendukungnya juga mirip-mirip, kalau yang satu lewat SMS yang satu lewat TPS. Lebih mirip lagi karna dibelakang keduanya punya huruf S. Bagi yang modalnya gila-gilaan, suara dapat dipesan. Semakin tinggi, kemungkinan dukungan juga semakin besar.

Sepi. Sedikit merasa kehilangan. Pasca audisi tidak lagi terpampang photo selfie, di Koran atau di jalanan, yang gemar dijuluki orang pintar dengan sampah visual. Kalau dilihat dari kata-katanya, sampah yang merujuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya, dan visual yang mengacu pada penglihatan. Kalau digabungkan dapat bermakana sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk dipandang.

Barangkali begitu pula nasib foto narsis di media social. Tidak enak dilihat, dan tidak ada manfaat. Tapi toh, selalu di update. Barangkali karna kita butuh ruang untuk berekspresi. Meski diambang batas keterlaluan. Sama seperti model politik, yang barangkali karna gaptek, foto diupdate melalui banner.

Gaung model politik tidak surut pasca audisi. Pantas, pemenangnya saja belum diumumkan. Hanya prediksi dan spekulasi. Namun tak urung membuat Koran dan televisi menjadi sepi. Pertanyaan mulai ramai di benak rakyat Indonesia.

Siapakah yang akan muncul dengan photo selfie di televisi pertengahan tahun ini?

Semoga bukan yang beberapa bulan kemarin muncul. Ada rasa jenuh. Lebih baik menunggu calon yang bukan model. Pepatah Jawa menggambarkan yang ideal dengan, sepi ing pamrih, rame ing gawe. Diartikan sedikit bicara banyak bekerja. Karna model politik tetaplah sama dengan model yang lain. Ingin muncul di televisi agar tenar.

*Magang kembali di LPM Solidaritas

Posting Komentar untuk "Cerita Model di Tahun Politik"