Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aliansi Selamatkan Slamet Menolak Pembangunan PLTPB

 Purwokerto, Cahunsoed.com – Minggu (23/4), Aliansi Selamatkan Slamet melakukan aksi menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) pada Sabtu (22/4). Aksi yang bertempat di Alun-alun Purwokerto, berupa panggung kebudayaan dan diskusi dampak PLTPB. Korlap aksi, Marsha Azka mengatakan aksi ini bertujuan untuk menyampaikan informasi ke masyarakat perkotaan karena berkaitan dengan kelestarian alam. “Dampak PLTPB tidak hanya dirasakan oleh masyarakat pedesaan namun daerah perkotaan juga kena dampak,” katanya. 


Pembangunan PLTPB atau Geothermal di Gunung Slamet merupakan proyek nasional untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia. Perusahaan yang menjalankan proyek ini yaitu PT. Sejahtera Alam Energi (SAE) dengan investor dari Jerman, Steag Gmbh. Pembangunan PLTPB saat ini memasuki tahap pembangunan infrastruktur untuk pembangkit listrik. Pada tahap ini, sudah memberikan dampak terhadap masyarakat.

Koordinator Aliansi Selamatkan Slamet, Muflih Fuadi mengatakan dampak yang sudah dirasakan oleh masyarakat yaitu sungai Prukut dan Curug Cipendok yang jadi sumber air masyarakat menjadi keruh. “Masyarakat tidak bisa lagi menggunakan air sungai untuk beraktivitas dan menimbulkan kerugian,” katanya saat diskusi berlangsung.

Gunung Slamet yang merupakan hutan lindung memiliki bentang alam, flora dan fauna yang unik. Namun, pembangunan PLTPB ini merusak kawasan hutan lindung. Muflih menambahkan ada dua rawa dataran tinggi di Gunung Slamet yang sudah kering dan terancam punah, “Dua rawa di dataran tinggi dikeringkan karena masuk kawasan pembangunan,” katanya.

Salah satu pegiat seni Banyumas, Totman Multitalenan juga mengecam pembangunan PLTPB karena dampak yang ditimbulkan sangat banyak. Terlebih banyak masyarakat banyumas yang belum tahu pembangunan ini. “Kita harus berupaya cari solusinya, jangan langsung asal bangun, karena dampak yang ditimbulkan sangat banyak,” katanya seusai membacakan Puisi malam tadi.

Mahasiswa Pecinta Alam Bio Explorer, Ganjar Cahyo Aprianto menyayangkan sikap pemerintah yang mengizinkan pembangunan PLTPB di Gunung Slamet yang merupakan kawasan hutan lindung. “Pemerintah yang membuat aturan tidak boleh ada perusakan di hutan lindung malah mengizinkan perusakan hutan melalui pembangunan ini,” katanya.

Masyarakat alun-alun yang menyaksikan aksi menolak pembangunan PLTPB ikut mendukung gerakan ini. Pasalnya masyarakat mulai merasakan sulit mendapatkan air bersih. Seperti yang diungkapkan Agus Wandono, “Sebaiknya proyek ini segera dihentikan, air bersih saat sulit didapatkan,” katanya.


Aksi ini juga sebagai bentuk peringatan hari bumi yang jatuh pada 22 April. Rencananya aliansi ini akan terus mengawal pembangunan PLTPB di Gunung Slamet. (Muhammad Rijal/ MG-Johannes Surbakti)
Editor: Triana Widyawati

Posting Komentar untuk "Aliansi Selamatkan Slamet Menolak Pembangunan PLTPB"