Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

FIKES Tak Kunjung Dibangun

Laporan Khusus
Oleh : Fadilah Eldo dan Inadha Rahma Nidya
 Sudah tiga angkatan, belum ada penambahan gedung yang dilakukan, janji realisasi pembangunan belum dapat dipastikan.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2014, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan (Fikes) resmi berdiri bersama dengan lima fakultas lainnya, FPIK, FMIPA, FIB, Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik. Hingga kini sudah terhitung tiga tahun berdirinya Fikes, namun fasilitas penunjang akademik masih belum memadai. Pembangunan beberapa gedung di Fikes yang direncanakan terlaksana tahun 2016 gagal bahkan tak sampai masuk tahap lelang. Mahasiswa dan dosen mengeluhkan tidak terpenuhinya fasilitas yang mereka butuhkan, (cahunsoed.com, 10/16).


Salah satu yang menjadi keluhan mahasiswa yakni tak adanya ruang sekretariat. Padahal UKM dan Hima telah berdiri di Fikes sejak fakultas ini dibuka. BEM Fikes kini menempati bekas ruang komunitas keperawatan sebagai sekre. Sedangkan UKM dan Hima harus mencari kelas kosong terlebih dahulu untuk melaksanakan rapat dan kegiatan keorganisasian. Presiden BEM Fikes, Budhi Kurniawan mengatakan, mahasiswa sangat membutuhkan dan menunggu terpenuhinya kebutuhan fasilitas di Fikes. “Kita menunggu pembangunan untuk sekre BEM dan UKM, gedung dekanat sama aula serba guna, juga lapangan basket sama gedung belajar PJKR,” katanya.
Prodi PJKR yang identik dengan kegiatan praktik olahraga tetap membutuhkan ruang kelas untuk mata kuliah teori. Namun dua kebutuhan utama lapangan dan ruang kelas, sama-sama tidak terpenuhi. Seringkali mahasiswa harus mencari ruang kelas yang kosong terlebih dahulu sebelum perkuliahan. Jika semua ruang kelas terpakai, terpaksa dosen dan mahasiswa mengantri hingga kelas yang sebelumnya selesai. Seperti yang diungkapkan Ketua Hima PJKR Atep Ridwan, “Kalau ada kelas tapi ruangannya dipakai yaudah kita harus tunggu sampai kelas itu selesai,” kata Atep.
Hingga kini, tiga angkatan PJKR tetap merasakan kondisi seperti itu. Dua ruang kelas di Gedung D PJKR dan Laboratorium Komputer dipaksa mencukupi kebutuhan 145 mahasiswa.

Tak berbeda dengan mahasiswa PJKR lainnya Muhamad Abdul Wahid, yang menyesalkan pembayaran UKT yang cukup mahal tak sebanding dengan fasilitas yang mereka dapatkan. “Fasilitas PJKR belum lengkap, ngajuin lari gawang aja katanya belum keluar,” kata Mahasiswa PJKR 2015 ini.
Menurut Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Arif Kurniawan, ruangan untuk memenuhi kebutuhan akademik di Jurusan Kesmas juga masih minim fasilitasnya, bahkan tidak mencukupi. Seperti ruangan aula, unit kerja misalnya GKM (Gugus Kendali Mutu), ruang skripsi, saat ini belum ada di Jurusan Kesmas. Ruang seminar yang hanya satu, penggunaannya berbarengan dengan Prodi Gizi, dan PJKR. Kurangnya ruangan juga membuat ruangan dosen tidak dibagi berdasarkan peminatan.
Menurutnya, 6 peminatan di Kesmas yakni Kesehatan Reproduksi, Analisis Kebijakan Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Biostatistik, dan Promosi Kesehatan, idealnya memiliki fasilitas masing-masing. Seperti contohnya ruang dosen yang dipisah berdasarkan peminatan, satu laboratorium untuk satu peminatan, dan juga kelas. Namun yang terjadi tak demikian, “Ruangan untuk peminatan nggak ada,” kata Kajur Kesmas saat dikonfirmasi pada Senin (18/10) lalu.
Semua dosen ditempatkan pada satu ruangan, yang kemudian dibatasi oleh sekat antar peminatannya. Akibat terbatasnya ruangan, satu peminatan yang biasanya diisi oleh lima dosen, hanya bisa menampung tiga hingga empat dosen.
Tak berbeda dengan kondisi yang ada di jurusan lainnya, Jurusan Keperawatan juga mengeluhkan hal serupa. Fasilitas yang serba terbatas membuat kegiatan akademik tak berjalan maksimal. Menurut Kajur Keperawatan, Lutfatul Latifah, laboratorium untuk menunjang kegiatan akademik mahasiswa masih sangat kurang. “Untuk praktik anatomi, kami masih menumpang di Laboratorium Fakultas Kedokteran sampai saat ini,” kata Lutfatul saat dikonfirmasi pada Senin (18/10).
Selain laboratorium, kelengkapan lainnya untuk praktik anatomi seperti mannequin (alat peraga) juga tidak memadai. Mannequin yang digunakan oleh Jurusan Keperawatan hanya berupa lengan saja. Hal ini membuat mahasiswa terpaksa harus menggunakan mannequin seadanya. Menurut Lutfatul idealnya untuk praktik harus ada seluruh bagian tubuh mannequin. “Kita selalu pakai mannequin yang lama, padahal sudah tidak layak untuk digunakan,” katanya.
            Pihak Dekanat Fikes yang ditemui diruangannya menuturkan, ketiadaan pembangunan di Fikes dikarenakan terlambatnya waktu pengajuan ke ULP (Unit Layanan Pengadaan) sehinga tidak bisa dilanjutkan ke tahap pelelangan. Saat itu, pengajuan dilakukan pada bulan Agustus sementara proses pelelangan membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Bulan September dirasa terlalu mepet menuju akhir tahun dan membuat pihak Dekanat Fikes tidak berani mengambil resiko. “Kita tidak mau ambil resiko, jadi kami tarik kembali. Kami berharap tahun depan (red:2017) tidak terlambat,” kata Dekan Fikes Warsinah saat ditemui di ruang dekanat yang masih menginduk di Gedung Magister Manajemen pada (24/11) lalu.
Pengajuan gedung dekanat, ruang kelas PJKR, dan pembangunan aula pun akan tetap diajukan kembali. Dekan Fikes memastikan bahwa pembangunan pasti dilakukan jika dana dan perencanaan turun diawal, “Kami pasti akan melangsungkan pembangunan seperti yang sudah direncanakan,” imbuhnya.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama& Humas Unsoed, Sigit Wibowo, juga menjanjikan pembangunan yang tertunda akan dibangun tahun 2017. “Semua fakultas yang sudah gagal tahun kemarin, akan diajukan lagi tahun depan (red: 2017),” kata Sigit ketika ditemui di ruangannya pada Selasa (27/12).

Janji Rektorat untuk membangun fakultas yang membutuhkan belum dapat dipastikan. Alasan kegagalan terdapat di pihak eksternal, Unsoed tak mau bertanggung jawab. Untuk pemenuhan fasilitas fisik saja Unsoed masih kesusahan mewujudkannya, apalagi memenuhi kualitas pendidikan.*

Posting Komentar untuk "FIKES Tak Kunjung Dibangun"