Angela Ashes; Geli melihat Kemiskinan
Tak ada yang menarik dari sebuah kemiskinan, kondisi paling ditakuti bagi siapapun yang hidup didunia. Enggan menatapnya apalagi mengalaminya, karena bagaimanapun itu luka dunia. Tapi kisah ngeri kemiskinan Frank Mccourt, bisa menjadi menarik untuk disaksikan karena kekejaman Ekonomi bisa terbingkai dalam humor tanpa melepas suasana tangis.
Angela Ashes adalah sebuah film yang diangkat dari Novel kisah nyata penulisnya, Frank Mccourt. Kisah kemiskinan paling mengerikan sepanjang abad di Eropa, tepatnya di Irlandia pada masa penjajahan Inggris tahun 1930an. Versi Novelnya mendapatkan penghargaan berlipat-lipat, dari Pulitzer Prize, National Book Critics Circle Award hingga Royal Society of Literature Award dan menjadi best Seller dipertengahan abad 19.
Kisah hidup frank Maccourt dalam pergelutannya bersama kemiskinan, kematian, penyakit, kelaparan tragis dan cuaca tak pernah mendukung. Seorang sastrawan terkemuka di Amerika yang terpaksa menghabiskan masa kecil di Irlandia negeri paling miskin di Eropa saat itu, karena ayahnya Malachy (Robert Carlyle) kehilangan pekerjaan hingga keadaan memaksa mereka kembali keluarga orang tua Ibunya, Angela (Emily Watson).
Pokok masalah dalam kehidupan Frank Maccourt adalah ayahnya yang alkoholik dan pengangguran. Bahkan hingga keluarganya dianggap mendapat kutukan kemiskinan serta kesengsaraan dari tuhan bagi para Katolik akibat tidak pernah berdo’a dan memujiNya. Kesengsaraan nampak jelas saat adiknya meninggal satu persatu hingga meninggal dunia karena kelaparan.
Ayah Frank tidak pernah mendapat pekerjaan, keluarganya dihidupi dari uang tunjangan yang sudah terpotong untuk bermabuk-mabukan. Pernah Malachy mendapat pekerjaan, akan tetapi uang gaji yang seharusnya menjadi surga bagi anak-anaknya dirumah, dihabiskan untuk bermabuk-mabukan di pub. Dia memang bukan lelaki bertanggung jawab, uang kiriman untuk biaya bayinya yang baru lahir saja dia habiskan untuk membeli alcohol, bahkan di akhir cerita Malachy tidak mengirimi uang tunjangan relawan perang dan tidak pulang kembali ke rumah saat pergi ke Inggris menjadi tentara.
Selain soal ayahnya, sisi menarik Film yang digarap oleh Paramount Pictures adalah kekocakan alur cerita serta celoteh Frank dan keluarganya menanggapi kontradiksi-kontradiksi kehidupan juga kritik-kritik kecil bagi kuasa gereja beserta kepatuhan fanatisme orang-orang Irlandia.
Humor dan kelincahan McCourt di Novelnya mampu dibawa kedalam Film, menyaksikan film ini setting kemiskinan akut, kehidupan yang suram bisa terabaikan. Kemenangan kemenangan McCourt kecil seringkali mengejutkan, membuat tersenyum, tertawa sendiri atau haru lalu tersindir. Film ini bukan kategori komedi, kelucuan yang mebangkitkan tawa muncul dari hentakan alur cerita yang kritis melihat keadaan Irlandia di tahun 1930an, tawa yang dihasilkan dari cernaan cerdas penonton menangkap film.
Secara keselurahan film ini banyak memiliki kelebihan dibanding kekurangannya. Kritik dalam bagi film ini muncul ditujukan bagi McCourt yang tingkat akurasi ingatannya diragukan oleh public, isu ini mencuat pasca wawancaranya di Irlandia di tahun 2000. Selebihnya atas terciptanya Film ini penuh dengan apresiasi dan pwenghargaan yang dating silih berganti.
Angela Ashes adalah sebuah film yang diangkat dari Novel kisah nyata penulisnya, Frank Mccourt. Kisah kemiskinan paling mengerikan sepanjang abad di Eropa, tepatnya di Irlandia pada masa penjajahan Inggris tahun 1930an. Versi Novelnya mendapatkan penghargaan berlipat-lipat, dari Pulitzer Prize, National Book Critics Circle Award hingga Royal Society of Literature Award dan menjadi best Seller dipertengahan abad 19.
Kisah hidup frank Maccourt dalam pergelutannya bersama kemiskinan, kematian, penyakit, kelaparan tragis dan cuaca tak pernah mendukung. Seorang sastrawan terkemuka di Amerika yang terpaksa menghabiskan masa kecil di Irlandia negeri paling miskin di Eropa saat itu, karena ayahnya Malachy (Robert Carlyle) kehilangan pekerjaan hingga keadaan memaksa mereka kembali keluarga orang tua Ibunya, Angela (Emily Watson).
Pokok masalah dalam kehidupan Frank Maccourt adalah ayahnya yang alkoholik dan pengangguran. Bahkan hingga keluarganya dianggap mendapat kutukan kemiskinan serta kesengsaraan dari tuhan bagi para Katolik akibat tidak pernah berdo’a dan memujiNya. Kesengsaraan nampak jelas saat adiknya meninggal satu persatu hingga meninggal dunia karena kelaparan.
Ayah Frank tidak pernah mendapat pekerjaan, keluarganya dihidupi dari uang tunjangan yang sudah terpotong untuk bermabuk-mabukan. Pernah Malachy mendapat pekerjaan, akan tetapi uang gaji yang seharusnya menjadi surga bagi anak-anaknya dirumah, dihabiskan untuk bermabuk-mabukan di pub. Dia memang bukan lelaki bertanggung jawab, uang kiriman untuk biaya bayinya yang baru lahir saja dia habiskan untuk membeli alcohol, bahkan di akhir cerita Malachy tidak mengirimi uang tunjangan relawan perang dan tidak pulang kembali ke rumah saat pergi ke Inggris menjadi tentara.
Selain soal ayahnya, sisi menarik Film yang digarap oleh Paramount Pictures adalah kekocakan alur cerita serta celoteh Frank dan keluarganya menanggapi kontradiksi-kontradiksi kehidupan juga kritik-kritik kecil bagi kuasa gereja beserta kepatuhan fanatisme orang-orang Irlandia.
Humor dan kelincahan McCourt di Novelnya mampu dibawa kedalam Film, menyaksikan film ini setting kemiskinan akut, kehidupan yang suram bisa terabaikan. Kemenangan kemenangan McCourt kecil seringkali mengejutkan, membuat tersenyum, tertawa sendiri atau haru lalu tersindir. Film ini bukan kategori komedi, kelucuan yang mebangkitkan tawa muncul dari hentakan alur cerita yang kritis melihat keadaan Irlandia di tahun 1930an, tawa yang dihasilkan dari cernaan cerdas penonton menangkap film.
Secara keselurahan film ini banyak memiliki kelebihan dibanding kekurangannya. Kritik dalam bagi film ini muncul ditujukan bagi McCourt yang tingkat akurasi ingatannya diragukan oleh public, isu ini mencuat pasca wawancaranya di Irlandia di tahun 2000. Selebihnya atas terciptanya Film ini penuh dengan apresiasi dan pwenghargaan yang dating silih berganti.
Posting Komentar untuk "Angela Ashes; Geli melihat Kemiskinan"