Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SULUH: Rapot Merah Program Pendidikan



Oleh: Riska Yulyana Damayanti

Sarana penunjang akademik prodi pendidikan masih belum terselesaikan, padahal kuliah perdana tinggal dua bulan lagi


Tahun ini Unsoed secara resmi membuka program studi (prodi) pendidikan. “Kok berani-beraninya Unsoed membuka prodi pendidikan? Ya karena ngetren, signal market,” begitulah kata-kata yang diucapkan oleh Diah Wijayawati dosen Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia. Hanya membutuhkan waktu dua tahun untuk persiapan program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia, serta Pendidikan Ekonomi.

Mahasiswa yang masuk melalui jalur SNMPTN sudah melakukan registrasi. SBMPTN tinggal menunggu pengumuman. Ujian masuk lainnya akan segera menyusul. Sedangkan proses tahun ajaran baru tinggal dua bulan lagi. Tapi Unsoed masih memiliki PR pemenuhan kebutuhan sarana penunjang akademik. Padahal secara peraturan seharusnya permasalahan tersebut harus sudah selesai tiga bulan sejak surat ijin operasional dikeluarkan. Surat keputusan Dikti untuk Prodi Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia keluar tanggal 22 Agustus 2013.  Pendidikan ekonomi keluar tanggal 22 Agustus 2013 dan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi tanggal 23 Juli 2013.

Seperti yang dikatakan Diah, dosen yang baru diangkat ini mengakui bila prodi barunya belum memiliki laboratorium bahasa dan microteaching yang layak. Baginya laboratorium yang sudah ada, tidak bisa memfasilitasi peserta didik untuk menjalani proses akademik. Memang, ketika Tim SULUH menengok keadaan laboratorium yang terletak di lantai dua kampus ilmu budaya, terlihat miris. Jangan kan earphone untuk mendengarkan percakapan penunjang praktik bahasa, papan tulis dan kursi saja tak ada. Yang terlihat hanya jajaran meja bersekat.

Ketua Jurusan Ilmu Budaya, Syaifur Rochman, mengatakan pihaknya sudah pernah mengajukan pengadaan peralatan laboratorium ke universitas. Namun, hingga kini peralatan yang diminta tak kunjung datang. “Waktu itu ngajuinnya barengan sama biologi, sama-sama lab bahasa. Tapi yang di ACC lebih dulu biologi,” ujarnya. Ia berharap agar pihak universitas segera mengirim peralatan yang dibutuhkan oleh jurusannya, sebagai sarana penunjang akademik. “Masa jurusan ilmu budaya gak punya lab bahasa?” kata Syaifur menyindir.

Tak jauh beda, Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi juga mengalami permasalahan serupa. Menurut pengakuan Narso penjaga GOR Soesilo Soedarman, peralatan praktikum untuk berolahraga sudah tidak layak pakai. Seperti peralatan atletik yang rusak, matras yang sobek, alat lempar cakram yang retak, dan tiang untuk lari gawang yang patah. “Robek-robek, kusam dan kempes,” katanya.

Peralatan yang ada pun, tak semuanya baru. Sebagian besar alat-alat yang nantinya digunakan prodi olahraga, merupakan peralatan hibahan bekas sekolah sepak bola Unsoed. Semenjak sekolah bola Unsoed bubar, semua peralatan terlantar. “ Sisanya banyak yang nggak layak pakai,” kata Narso. Narso juga menuturkan jika sampai sekarang belum ada perbaikan peralatan. Biaya perawatan untuk alat-alat yang tersimpan di sana juga nihil. “Kami sudah melaporkanya pada pihak atas, namun tidak ada respon,” ucapnya.

Pendidikan Ekonomi juga selaras. Fasilitas akademik, seolah tidak menjadi bagian yang direncanakan, dipandang sebelah mata. Para dosen harus rela menumpang di jurusan akuntansi untuk berkantor. Sri Lestari selaku Koordinator Pendidikan Ekonomi mengakui bila ada planning yang belum selesai. Nyatanya, Ia pernah dijanjikan akan dibuatkan gedung baru untuk pendidikan ekonomi. Namun sampai hari ini ruangan yang ia gunakan masih belum berubah. Ia dan dosen pendidikan ekonomi yang lain masih tinggal di lantai dua gedung Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed.

Konon, berdirinya prodi ini di bangun dengan tergesa-gesa untuk mengejar pasar.  Sehingga persiapan fasilitas luput dari perhatian perencanaan. Namun, Pembantu Rektor I, Mas Yedi Sumaryadi menyangkal ketidaksiapan berdirinya prodi ini. Baginya kekurangan fasilitas dan perencanaanya bukan permasalahan besar. “Tidak perlu terlalu idealis lah,” kata Masyedi.

Bagi Mas Yedi, melihat keadaan Unsoed hari ini , prodi pendidikan sudah pantas untuk dibuka. Sarana akademik prodi bisa menyusul setelah ada mahasiswa yang masuk. Terkait peralatan prodi pendidikan olahraga yang sudah tidak layak pakai. Menurut Mas Yedi, mahasiswa prodi olahraga bisa menggunakan peralatan olahraga di graha. “Kita bisa menggunakan alat-alat olahraga di graha,” ujarnya. Sedangkan, di prodi ekonomi menurutnya masih butuh proses untuk mewujudkannya.

Sedangkan kekurangan peralatan laboratorium di prodi pendidikan bahasa Indonesia Mas Yedi justru memakluminya. Karena menurutnya Unsoed belum sanggup membiayai semua peralatan di sana. “Kalau Yu berani bayar mahal sih ok ok aja,” ketusnya.

Ia malah mengatakan jika Unsoed dalam perencanaanya kekurangan dana, sehingga harus menggunakan fasilitas seadanya. Ketika Tim  SULUH menanyakan keadaan ini, Ia malah mengancam akan menaikan biaya UKT. “Apa mau UKT mahasiswa saya tarik 10 juta?,” ujarnya.

Proses pembahasan selama dua tahun lamanya, harus dibayarkan dengan minimnya fasilitas yang diterima. Bulan lalu, mahasiswa baru prodi pendidikan telah melakukan registrasi fisik. Hari ini masing-masing dari mereka telah mengantongi KTM, disana tercantum jurusan prodi pendidikan bersandingkan dengan nama lengkap mereka. Para calon guru itu tak datang karena tren ataupun signal market. Mereka datang untuk belajar. Belajar dengan fasilitas yang layak.

Posting Komentar untuk "SULUH: Rapot Merah Program Pendidikan"