Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

REVIEW: 12 Years A Slave

Perbudakan memang sudah ada sejak zaman mesir kuno, meski tidak diketahui bagaimana awal mulanya. Barangkali, mirip dengan pelacuran, yang kisahnya sudah ada sejak manusia ada. Keduanya hampir sama tentu saja, dimiliki seseorang tanpa memilki hak apapun, artinya mereka terjajah. Padahal merdeka merupakan hak setiap orang tanpa terkecuali. Hak itu sudah ada seharusnya, Jauh sebelum PBB mengeluarkan Bill of Right. Tapi nyatanya, setiap orang merdeka berkemungkinan menjadi budak. Film “Twelve Years a Salve, adalah gambaran yang menceritakan dunia perbudakan yang awalnya adalah orang merdeka.

“Twelve Years a Salve adalah film garapan sutradara Steve McQueen, diangkat dari kisah nyata Solomon Northup, orang kulit hitam di tahun sekitar 1841. Dalam film ini, Solomon Northtup diceritakan sebagai seorang kulit hitam yang merdeka di Saragota, New York. Bekerja sebagai musisi yang handal memainkan biola di pesta-pesta. Ia hidup berkecukupan bersama keluarganya, disegani benyak orang bahkan oleh orang kulit putih di wilayahnya. Hingga di suatu hari ia ditemui oleh dua orang pemain sirkus dari Washington, Hemilton dan Brown. Kemudian, Salomon diajak oleh kedua orang tersebut untuk makan malam hingga mabuk dan tak sadarakan diri.

Tiba ketika Solomon bangun di pagi hari, Ia sudah berada di tempat yang gelap dan dalam keadaan terikat. Dari situlah Ia mulai menjadi seorang budak, yang dilempar dari satu majikan ke majikan lainya. Awalnya, ia selalu menentang dan berterik bahwa Ia orang yang merdeka, tapi di masa itu orang kulit hitam jarang sekali yang merdeka, jadi seorangpun tidak ada yang percaya. Solomon kemudian di kumpulkan dengan budak-budak lainya, di bawa ke Selatan untuk dijual. Ia dan budak lainya mendapat perlakuan buruk, bahkan sampai di bunuh dan dijadikan pemuas seksual. Dari sinilah awal kesengsaraan Solomon sebagai seorang budak, Ia bahkan beberapa kali ganti tuan, mulai dari saudagar kayu sampai pemilik perkebunan kapas. Solomon hampir setiap hari diperlihatkan perlakuan buruk terhadap budak, hingga 12 tahun meski Ia juga beberapa kali nyaris terbunuh.

Film ini menarik untuk ditonton, karena menggambarkan posisi budak sebagai alat produksi. Budak-budak di perjual belikan layaknya binatang. Ironisnya,  yang mendapatkan bayaran, melainkan si penjual budak. budak-budak hanya mendapatkan makanan. Selain itu, di film ini juga menunjukkan bahwa budak digunakan untuk pembayaran hutang.
Tidak ada perlakuan baik sedikitpun kepada para budak yang di ceritakan dalam Film tersebut. mereka di perlakukan seperti bintang peliharaan. kerap diaanggap sebagai properti, yang nyawanya tidak berharga. Hal lain yang ingin diperlihatkan film ini adalah perjuangan dan juga pemikiran Solomon untuk memikirkan bagaimana caranya ia merdeka kembali dan mendapat hak-haknya.


Pada hal ini tidak ada hukum yang melindungi para budak. karena hukum hanya ada untuk manusia selain budak. sebenarnya solomon memiliki hukum yang melindunginya. tetapi jika kita lihat film ini, bagaimana seorang merdeka dapat menjadi budak jika memang tidak ada hukum yang tegak. solomon dalam filmnya pun ia berkata” if justice had been done, I never would have been here”, yang artinya “jika keadilan(hukum) telah ada maka aku tidak berada disini”. hal ini menunjukan bahwa pada waktu itu belum tegaknya hukum (cdr)

Judul               12 Years A Salve
Directed by     Steve McQueen
Writer             John Ridley (screenplay), Solomon Northup (based on "Twelve Years A Salve")
Genre              Biography, Drama, History

Posting Komentar untuk "REVIEW: 12 Years A Slave"