OPINI: Birokrasi Unsoed, Permasalahan Alokasi Dana Beasiswa
Oleh: Mohamad Khaidir Nurjaman*
Berbicara birokrasi
tentu berbicara mengenai para birokrat kampus yang memegang jabatan beserta power yang
di milikinya untuk menentukan segala bentuk kebijakan kampus. Birokrasi tentu
berkaitan erat dengan negosiasi yang berisi dengan segala kepentingan yang
berujung pada sebuah kebijakan kampus. Kebijakan yang harus di taati oleh si
mahasiswa dan seluruh buruh kampus yang bekerja dalam ruangan-ruangan ber-AC.
Ada juga buruh-buruh tekhnis kebijakan.
Di kenal sebagai karyawan bapendik, tata usaha, dan tak lupa, dosen
yang menjadi alat transformasi ilmu kepada mahasiswa termasuk buruh kampus juga.
Birokrasi, bagian yang tak lepas dari sistem yang menentukan
jalannya kebijakan. Ada syarat khusus dalam birokrasi yang dikatakan baik.
Salah satunya adalah terbuka , transparan, serta melayani.
Dalam sistem birokrasi kampus, pemegang alur kebijakan
tertinggi adalah Rektor, dan jajarannya. Lalu ada pula di fakultas, hinga yang
berkaitan dengan Tata Usaha, dan kemahasiswaan. Terlalu rumit, jika dijelaskan
dalam satu kalimat, Njlimet, berbelit,
dan jelas berbau kepentingan.
Namun kita lihat saja bagaimana gambaran birokrasi
sehari hari. Mereka yang berlindung di balik perisai jabatan dan kesucian
pemegang kekuasaan. Berlambang spatu mengkilat, jas mewah, ditemani secangkir
kopi,dan cigarette, tak lupa gadget berisikan games angry birds
(maybe). Mereka memantau
berjalannya kebijakan setelah kebijakan berjalan.
Mengapa
demikian, ini mungkin karena
mereka takut di kebiri kekuasaannya,
anti-kritik, sehingga hal-hal itu membuat mereka harus bersembunyi apabila ada
yang tidak beres dengan kebijakan yang di putuskannya.
Contoh
realnya, ketika seorang mahasiswi jurusan Sosiologi yang tak lain teman kelas
saya sendiri hendak mengambil judul mengenai permasalahan “Alokasi Dana Beasiswa
Bidik Misi, BBM dan PPA”
sebagai
skripsi untuk menyelesaikan studi sarjananya. Namun yang terjadi, dia di kritik
habis-habisan oleh pembimbingnya,
yang juga pemangku kebijakan tingkat rektorat. Kelar di kritik langsung ditandas,
‘Ganti judul tersebut’.
Ada
sebuah kejanggalan disini, mahasiswa yang harus dituntut kritis akan berpikir
dan bertanya mengapa harus di bendung
langkahnya? Mengapa judul itu harus di ganti? apa yang salah? Bukan masalah penyusunan bahasa ataupun
kata-kata tentunya. Melainkan judul yang hendak di bedah dan dicari informasi
kebenarannya.
Memang Permasalahan beasiswa menyangkut
keberlanjutan mahasiswa dalam menjalankan studinya. Terkhusus, yang tidak kurang mampu membiayai
pendidikan. Artinya alokasi anggaran yang dipertanyakan dalam kasusu skripsi
teman saya layak dipertanyakan. Teman saya sendiri mendapat beasiswa. Ia
mendapat jatah beasisiwa, perolehan beasiswa dengan
pembatasan tahun, Bidik Misi
nama beasiswanya. Dengan Ia sebagai orang yang mendapat beasiswa, Ia pun
diganjal pula beasiswanya. Jika judul skripsinya tetap dilanjut, maka
beasiswanya akan dicabut.
Lain lagi, ruang pelayanan bapendik pun lucu. Sebagai
elemen yang seharunya melayani, malah banyak sekali terjadi kontra pelayanan
yang baik. Seperti dalam hal pemberian informasi
mengenai opening pendaftaran
beasiswa, pihak bapendik sering kali memainkan tanggal pembukaan dan penutupan
penyerahan pendaftaran dan persyaratan pengajuan beasiswa.
Pernah
saya alami sendiri, juga beberapa teman-teman satu jurusan yang saya ketahui,
bahwa pengumuman pendaftaran beasiswa sering kali mendadak, di tambah dengan tidak
adanya kejelasan mengenai persayaratan apa
saja yang di butuhkan oleh pihak kampus. Contohnya, ketika itu saya dan
kawan saya hendak menanyakan informasi mengenai pendaftaran beasiswa, namun
pihak bapendik hanya menjawab, “belum tahu, belum ada, kalau sudah adapun
biasanya kami umumkan di papan informasi”.
Memang
benar di umumkan ketika itu, Tapi
antara waktu pembukaan pendaftaran dan penutupan penyerahan persyarat lebih
sering diberikan dengan tenggang waktu sempit. Belum lagi tak adanya kejelasan
mengenai persayaratan apa yang harus di serahkan, karena pada saat itu deadline kurang 5 hari. Saya bergegas mempersiapkan
persayaratan yang dibutuhkan, jelas cukup banyak da rumit. Sudah seperti itu, kelar urusan yang sudah ditentukan
dengan ketidak jelasan info. malah .mahasiswa disalahkan. Berbelit, meminta
syarat diganti atau apa lah, sampai waktu itu saya tergesa-gesa.
Inilah yang terjadi senyatanya, birokrasi kampus
memang lucu. Tak ada transparansi, pelayanan tak jelas, dan lainya yang memang
bertele-tele. Paling krusial dari Pertanyaan saya adalah, soal teman saya.
kenapa sampai enggan menerima judul yang di ajukan kawan saya tentang dana.
bukankah seharusnya bentukan birokrasi yang baik adalah birokrasi yang terbuka
dan transparan. Lalu, apa salahnya jika seorang penerima beasiswa meneliti
tentang keganjalan unsoed, Hingga mendapat ancaman di cabut Beasiswanya.
*) Mahasiswa S1 Sosiologi
Fisip Unsoed
Posting Komentar untuk "OPINI: Birokrasi Unsoed, Permasalahan Alokasi Dana Beasiswa"