Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hak Jawab: BEM Biologi; Materialisme, Dialektika, dan Historis


Tulisan ini adalah hak jawab terkait Pemberitaan Cahunsoed.com pada Sabtu (27/10) tentang “Mahasiswa Inginkan BEM Biologi dibubarkan”
-Redaksi-

Aku tertarik menulis opini ini setelah membaca sebuah berita di laman salah satu media pemberitaan mahasiswa terbesar di Universitas Jenderal Soedirman. Judul beritanya cukup menggugah, “Mahasiswa Inginkan BEM Biologi Dibubarkan”. Sontak sebagai bagian dari mahasiswa biologi aku tergerak. Mahasiswa yang mana? Siapa saja? Seberapa banyak?

Aku sebagai bagian dari mahasiswa Fabio tidak mau begitu saja diklaim menjadi bagian dari pernyataan tersebut. Aku menulis sebagai aku dalam beberapa versi, pertama diriku sendiri sebagai mahasiswa, kedua sebagai pengkritik yang kini institusinya dikritik, dan sebagai seorang pembaca reguler portal berita http://www.cahunsoed.com/.

Pertama-tama aku mulai dari sejarah mengenai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Fakultas Biologi Unsoed. Bagi kebanyakan mahasiswa Fabio saat ini, keberadaan BEM bisa dikatan ahistoris. Sudah sejak belasan tahun BEM Fabio dibubarkan (atau membubarkan diri) hingga akhirnya muncul kembali tahun 2014. Cerita mengenai proses bubarnya BEM kurasakan lebih sebagai dongeng karena tak satupun bukti otentik yang mampu memberikan gambaran empirik kejadian saat itu. Semua cerita yang beredar hanya berdasar katanya-katanya. Katanya mas ini dan katanya mbak itu. Tak satupun berasal dari dokumen pemberitaan atau surat keputusan-keputusan yang menyebutkan pembubaran lembaga tersebut.

Ketiadaan BEM terjadi hingga tahun 2014. Tepatnya bulan Mei, terjadi pemilihan untuk memilih presiden dan wakil presiden BEM Biologi periode 2014/2015. Suasana pemilihan berlangsung cukup meriah. Kampanye dilakukan kedua pasang calon dalam merebut hati mahasiswa Fabio untuk memilih mereka. Partisipasi mahasiswa yang ikut memilih mencapai angka 60%. Tak ada satupun hambatan berarti seperti boikot, penyegelan kotak suara, pengunduran diri salah satu calon, dan hambatan-hambatan lain yang sering terdengar kala terselenggaranya pemilihan umum.

Usai pemilihan, BEM hadir untuk pertama kali setelah belasan tahun. Dalam menjalankan kerja-kerjanya, beberapa program kerja sudah terlaksana dan beberapa lainnya masih dalam pengerjaan. Kritik dan masukan terhadap kinerja BEM juga datang dari berbagai kalangan. Sebagai lembaga yang baru terlahir kembali, hal tersebut sangatlah membantu BEM dalam menemukan kembali jalannya revolusi (maaf maksudku, roda organisasi). Ada yang suka, ada yang tidak. Kritik yang membangun, sepedas apapun itu, merupakan hal yang baik dan wajib didengarkan.

Setelah beberapa agenda dan program keja BEM berjalan, muncul sebuah gerakan bertajuk ANTI BEM BIOLOGI. Gerakan tersebut dipelopori oleh beberapa mahasiswa Fabio yang tidak puas dengan keberadaan BEM di Biologi. Dalam sebuah grup facebook, gerakan tersebut mengkampanyekan pembubaran (kembali) BEM Biologi. Beberapa ada yang kritis, mendasari argumennya dengan alasan-alasan kuat, beberapa yang lainnya bisa dibaca di https://www.facebook.com/groups/564452673682959/.

Kenapa ingin membubarkan? Jawaban yang paling sering terdengar adalah,  “proses yang dianggap kurang baik”. Musyawarah yang melahirkan kembali BEM dan DLM dianggap tidak mewakili seluruh aspirasi mahasiswa. Isu mengenai penunggangan oleh beberapa kelompok juga sempat terdengar. Proses pengambilan keputusan dianggap sepihak dan tidak mengindahkan pertimbangan-pertimbangan dari seluruh mahasiswa Fabio. Singkatnya, proses pembentukan BEM tidak memenuhi cita-cita ideal mereka.

BEM Biologi tidak terbentuk dalam semalam seperti dongeng Candi Prambanan yang terkenal itu. Semua pasti melalui proses musyawarah panjang yang melelahkan. Hingga terbentuknya BEM, perdebatan-perdebatanpasti terjadi dalam musyawarah-musyawarah tersebut.Seluruh peserta, memiliki hak yang sama untuk berpendapat, dan kewajiban yang sama untuk menunaikan amanat musyawarah. Hak dan kewajiban tersebut timbul karena keputusan yang diambil dalam musyawarah bersifat kolektif dan terbuka.

Mereka yang menuntut pembubaran BEM sejatinya juga bagian dari peserta Musyawarah Mahasiswa (Musma) yang membidani lahirnya BEM dan DLM. Sebagai peserta tentunya semuanya bertanggung jawab dalam membawa kemana arah dan bagaimana kualitas musyawarah tersebut. Jika saat itu memang sudah tercium ketidakberesan, merupakan suatu hal yang sangat aneh jika tidak segera diluruskan. Kewajiban yang sudah tahu untuk memberitahu yang belum, memenangkan gagasan-gagasan yang dianggap benar, bukan malah membiarkannya dan mengungkitnya dikemudian hari. Melihat hal ini seperti melihat bidan yang membiarkan perzinaan, membantu kelahiran, dan ingin membunuh anak yang lahir, menganggapnya anak haram.

Lantas mau dikemanakan anak “haram” ini? Kita semua tahu bahwa BEM sejatinya hanya alat. Alat yang dimanfaatkan untuk kebaikan maka akan memunculkan kebaikan. Jika ternyata keburukan yang muncul, gantilah operator alat tersebut, bukan malah kita menghancurkannya. Cerita-cerita mengenai perjuangan kelas mengajarkan kita untuk merebut kuasa atas alat, bukan menghancurkan alat yang dapat dipakai untuk berproduksi. Alih-alih bermanfaat, alat yang telah hancur malah akan menjadi polusi dan sampah semata.

Segala sesuatu yang berangkat dari ide pastilah akan menemukan banyak hambatan karena tidak ada satupun hal di dunia ini yang benar-benar ideal. Lain halnya jika pandangan mengenai keberadaan BEM ini berangkat dari material yang sudah ada, bahwa BEM sekarang sudah terbentuk. Pemahaman mengenai hal tersebut akan mengaharuskan kita mengolah materi tersebut menjadi alat yang bermanfaat bagi seluruh mahasiswa. Perdebatan mengenai kelahiran BEM Biologi yang dianggap kurang ideal dalam proses sudah seharusnya disudahi dan diganti menjadi dialog untuk membawa BEM Biologi ke arah yang lebih baik, kemajuan mahasiswa secara umum. Perdebatan mengenai siapa yang duluan diantara telur dan ayam tentu sangat panjang dan melelahkan. Lebih baik kita memasak ayam yang sudah ada untuk dimakan bersama-sama.

Muhamad C. Aditya,


-Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa, BEM Fakultas Biologi Unsoed-


Terima kasih atas informasi tambahannya,
-Redaksi Cahunsoed.com-

1 komentar untuk "Hak Jawab: BEM Biologi; Materialisme, Dialektika, dan Historis"