Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ragam Aliran, Tak Jadi Persoalan di Banyumas


Purwokerto – Cahunsoed.com, (27/6), Beragam aliran kepercayaan di Banyumas, tak jadi persoalan bagi masyarakat. Hal ini dilihat dari tidak adanya perselisihan dan kerusuhan yang terjadi antar penganut aliran. Yusuf, ketua komunitas gusdurian menganggap, budaya cablaka Banyumas menjadi faktor terjadinya kerukunan antar aliran.

Yusuf menjelaskan, budaya cablaka adalah budaya orang-orang yang tidak mempersoalkan latar belakang orang lain, “Cablaka kan artinya apa adanya, jadi gausah pakai topeng dan apa adanya saja, justru orang yang memakai topeng yang memicu permasalahan,” katanya saat menjadi pembicara bedah film pendek 'Pada Bae Mbok??' yang di selenggarakan oleh UKM Rhizome kemarin sore di FISIP Unsoed.

Kerukunan ragam aliran ini digambarkan langsung dalam film 'Pada Bae Mbok??' karya Maris Sinambela, Imron Rosyadi, dan Damar Sujatmiko, mahasiswa Sosiologi Fisip Unsoed. Damar Sujatmiko mengatakan, film yang dibuat menggambarkan kegiatan tiga aliran di Banyumas, diantaranya Syiah, Sunni Gusdurian, dan Ahmadiyah. “Saya tertarik membuat film ini karena meskipun dipandang berbeda, baik Syiah, Gusdurian, ataupun Ahmadiyah memiliki tujuan yang sama. Terlebih aliran-aliran ini beberapakali membuat acara yang mempersatukan gagasan-gagasan mereka,” ujar Damar.


Terkait hal tersebut, apresiasi diberikan oleh peserta bedah film. Salah satunya Intan Alifa mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013 FISIP Unsoed, “Banyumas memang terkenal dengan cablakanya dan itu yang membuat rukun. Berkat diskusi ini, kita jadi lebih tau tentang budaya Banyumas yang selalu rukun satu sama lain,” katanya. Alifa juga mengharapkan  karya-karya film yang mengangkat tentang toleransi akan terus bermunculan, “Perlu sekali munculnya karya-karya film seperti ini, tapi catatannya setiap film harus lebih jelas lagi konten, sasaran dan tujuannya,” ujarnya. (MG-GLH) 

Posting Komentar untuk "Ragam Aliran, Tak Jadi Persoalan di Banyumas"