Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Air

Oleh: Fadillah Eldo*

Source: google.com

“Sudahlah, Aku sudah tidak sanggup lagi untuk meneruskan hal ini Bang. Istri minta cerai, Anak minta jajan terus setiap hari, makin pusing aja hidupku ini Bang.” Ujarku dengan kegelisahan yang mengganggu semua kehidupanku ini.

“Hahaha, Kau ini sudah seperti orang yang sekarat Di, tinggal menunggu matinya saja.” Ujar Bang Ghani sambil tertawa.

            Ardi, adalah nama panggilanku sehari-hari, aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di bidang marketingsebagai sales MLM. Pekerjaan yang mengharuskan memaksa semua tenaga dan energiku hanya untuk mengejar target yang entah kapan akan tercapai, karena selama bekerja menjadi sales target yang ditetapkan perusahaan  tidak pernah tercapai olehku. Bulan ini adalah batas maksimal aku bisa bekerja disini jika sampai bulan ini aku masih belum bisa mencapai target yang ditetapkan perusahaan maka hancur sudah semua kehidupanku ini.

“Bang kenapa kau tertawa? Kau sudah tahu bukan bahwa aku akan dipecat jika bulan ini aku tidak bisa mencapai target perusahaan?” Ujarku sambil mengerutkan dahi.

“Ya aku sudah tahu lah. Lalu setelah tahu kau ingin di pecat kau harus bagaimana?” Tanya Bang Ghani sambil meminum kopi yang diseduhkan di warung kopi.

“Entahlah Bang aku tidak mengerti sudah buntu otakku, percuma jika aku bilang aku akan giat bekerja, tetapi kenyataannya saat aku giat bekerja pun sama saja, tidak ada costumer yang mau membeli barang-barang kita juga Bang.” Ucapku.

“Kau memang sudah lama kenal denganku tapi kau tidak pernah belajar dari hidupku juga ya.” Ucap Bang Ghani dengan senyum kecil diwajahnya yang selalu ia lakukan didepaanku.

Aku tidak mengerti maksud dari Bang Ghani berbicara seperti, kami menekuni pekerjaan yang sama dan mungkin nasib kami juga akan sama-sama dipecat oleh perusahaan. Terpikir di benakku “Apa yang harus aku pelajari dari hidupnya? nasib kita juga bakalan sama Bang.” Ucapku di dalam hati.

“Astaga Ardi, aku tahu kau masih bingung dengan perkataanku tadi bukan? Kau pasti bertanya-tanya apa yang harus kau pelajari dari aku di otakku yang sudah buntu itu kan? Kau ini sangat lucu kawan hahaha.” Ucap bang Ghani dengan nada yang keras.

“I...i..iya Bang aku tidak mengerti, pekerjaan kita sama dan mungkin nasib abang juga akan sama denganku.” Ucapku dengan takutnya aku, Bang Ghani akan marah jika aku berbicara seperti itu.

“Ya benar katamu kita mungkin akan mengalami nasib yang sama Di, tetapi bagiku itu bukan hal yang buruk bagiku, keadaan rumah tanggaku juga mungkin lebih buruk dari keadaan rumah tanggamu Di tapi bagiku itu biasa saja.” Ucap Bang Ghani.

“Kenapa bisa Abang itu menganggap semuanya biasa aja?” Tanyaku terheran-heran mendengar ucapannya.

“Kau tahu Air Di? Semua kehidupanku aku anggap sebagai air yang mengalir deras menghantam semua halangan di depannya. Air jika bertemu dengan arang dia akan berbelok dan terus mengalir sampai tujuannya dan yang harus kau tahu Air akan menang dengan mengalah ia tidak pernah menyerang namun akan selalu menang di akhir Di. Apa kau sudah mengerti mengapa aku bisa begitu santai dalam menghadappi segala yang ada di kehidupanku ini?” Ujar Bang Ghani.

Aku mencoba mencerna segala ucapan yang Bang Ghani ucapkan kepadaku, sekarang aku mengerti mengapa Bang Ghani begitu santai dalam menjalani kehidupannya. Ia tidak pernah mau menyerah dalam menjalani kehidupan ini dia berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan semua masalahnya tanpa mengeluh. Prinsip hidupku harus seperti Bang Ghani yang memegang prinsip Air, kadang kita harus mengalah untuk mencapai kemenangan dan kadang kita juga harus terus berjuang melawan semua rintangan yang ringan maupun berat, aku harus percaya bahwa semua masalah yang aku hadapi ini pasti ada jalan keluarnya. 



*) Magang Lpm Solidaritas, Angkatan 2015

Posting Komentar untuk "Air"