Air
“Sudahlah,
Aku sudah tidak sanggup lagi untuk meneruskan hal ini Bang. Istri minta cerai,
Anak minta jajan terus setiap hari, makin pusing aja hidupku ini Bang.” Ujarku
dengan kegelisahan yang mengganggu semua kehidupanku ini.
“Hahaha,
Kau ini sudah seperti orang yang sekarat Di, tinggal menunggu matinya saja.”
Ujar Bang Ghani sambil tertawa.
Ardi,
adalah nama panggilanku sehari-hari, aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di
bidang marketingsebagai sales MLM. Pekerjaan yang mengharuskan
memaksa semua tenaga dan energiku hanya untuk mengejar target yang entah kapan
akan tercapai, karena selama bekerja menjadi sales target yang ditetapkan
perusahaan tidak pernah tercapai olehku.
Bulan ini adalah batas maksimal aku bisa bekerja disini jika sampai bulan ini
aku masih belum bisa mencapai target yang ditetapkan perusahaan maka hancur
sudah semua kehidupanku ini.
“Bang
kenapa kau tertawa? Kau sudah tahu bukan bahwa aku akan dipecat jika bulan ini
aku tidak bisa mencapai target perusahaan?” Ujarku sambil mengerutkan dahi.
“Ya aku
sudah tahu lah. Lalu setelah tahu kau ingin di pecat kau harus bagaimana?”
Tanya Bang Ghani sambil meminum kopi yang diseduhkan di warung kopi.
“Entahlah
Bang aku tidak mengerti sudah buntu otakku, percuma jika aku bilang aku akan giat
bekerja, tetapi kenyataannya saat aku giat bekerja pun sama saja, tidak ada costumer yang mau membeli barang-barang
kita juga Bang.” Ucapku.
“Kau
memang sudah lama kenal denganku tapi kau tidak pernah belajar dari hidupku
juga ya.” Ucap Bang Ghani dengan senyum kecil diwajahnya yang selalu ia lakukan
didepaanku.
Aku tidak mengerti maksud dari Bang
Ghani berbicara seperti, kami menekuni pekerjaan yang sama dan mungkin nasib
kami juga akan sama-sama dipecat oleh perusahaan. Terpikir di benakku “Apa yang
harus aku pelajari dari hidupnya? nasib kita juga bakalan sama Bang.” Ucapku di
dalam hati.
“Astaga
Ardi, aku tahu kau masih bingung dengan perkataanku tadi bukan? Kau pasti
bertanya-tanya apa yang harus kau pelajari dari aku di otakku yang sudah buntu
itu kan? Kau ini sangat lucu kawan hahaha.” Ucap bang Ghani dengan nada yang
keras.
“I...i..iya
Bang aku tidak mengerti, pekerjaan kita sama dan mungkin nasib abang juga akan
sama denganku.” Ucapku dengan takutnya aku, Bang Ghani akan marah jika aku
berbicara seperti itu.
“Ya benar
katamu kita mungkin akan mengalami nasib yang sama Di, tetapi bagiku itu bukan
hal yang buruk bagiku, keadaan rumah tanggaku juga mungkin lebih buruk dari
keadaan rumah tanggamu Di tapi bagiku itu biasa saja.” Ucap Bang Ghani.
“Kenapa bisa
Abang itu menganggap semuanya biasa aja?” Tanyaku terheran-heran mendengar
ucapannya.
“Kau tahu
Air Di? Semua kehidupanku aku anggap sebagai air yang mengalir deras menghantam
semua halangan di depannya. Air jika bertemu dengan arang dia akan berbelok dan
terus mengalir sampai tujuannya dan yang harus kau tahu Air akan menang dengan
mengalah ia tidak pernah menyerang namun akan selalu menang di akhir Di. Apa
kau sudah mengerti mengapa aku bisa begitu santai dalam menghadappi segala yang
ada di kehidupanku ini?” Ujar Bang Ghani.
Aku mencoba mencerna segala ucapan yang
Bang Ghani ucapkan kepadaku, sekarang aku mengerti mengapa Bang Ghani begitu
santai dalam menjalani kehidupannya. Ia tidak pernah mau menyerah dalam
menjalani kehidupan ini dia berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan semua
masalahnya tanpa mengeluh. Prinsip hidupku harus seperti Bang Ghani yang
memegang prinsip Air, kadang kita harus mengalah untuk mencapai kemenangan dan
kadang kita juga harus terus berjuang melawan semua rintangan yang ringan
maupun berat, aku harus percaya bahwa semua masalah yang aku hadapi ini pasti
ada jalan keluarnya.
*) Magang Lpm Solidaritas, Angkatan
2015
Posting Komentar untuk "Air"