Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pamflet "Perjamuan Kudis" Menuai Kontroversi, Hooligan Gelar Audiensi dan Sampaikan Permintaan Maaf

Cahunsoedcom/Nur Zakiyatul Lail

Purwokerto, Cahunsoedcom – Pada Minggu (15/12/2025) akun instagram @hooliganfisip mengunggah pamflet dengan judul “Perjamuan Kudis: Menyambut Bulan Ramadan” postingan tersebut menuai kritik dari mahasiswa Unsoed karena menyinggung istilah Kekristenan, yakni Perjamuan Kudus.

Pamflet yang awalnya diunggah melalui fitur Instagram Story itu kemudian tersebar ke platform X setelah dikirimkan ke akun Base Unsoed (@unsoedmfs). Respons publik meluas dengan penolakan. Sejumlah mahasiswa menyatakan keberatan atas penggunaan diksi “Perjamuan Kudis” yang dianggap sensitif secara keagamaan, terlebih dalam konteks keberagaman civitas akademika Unsoed.


Audiensi Digelar di Dekanat FISIP

Menindaklanjuti polemik tersebut, pada Selasa, (16/12/2025) digelar audiensi terbuka di Hall Lantai 3 Gedung Dekanat FISIP Unsoed. Hadir dalam forum tersebut antara lain Jarot selaku Jenderal Hooligan FISIP, beberapa anggota Hooligan, KBMF, serta Tyas Retno Wulan selaku Wakil Dekan III FISIP Unsoed.


Saat pembukaan audiensi, Jarot menyampaikan permohonan maaf dan menegaskan tidak ada maksud sedikitpun untuk menyinggung ajaran atau ritual Kekristenan.


“Tidak ada sedikitpun maksud kami dari pihak Hooligan untuk menyinggung tentang Kekristenan. Kami meminta maaf atas kesalahan yang sudah kami perbuat,” ujar Jarot.


Klarifikasi Alasan Penamaan

Dalam audiensi tersebut, Jarot menjelaskan bahwa istilah “Kudis” merupakan akronim dari kumpul dan diskusi, sementara kata “Perjamuan” dimaknai sebagai sinonim dari pertemuan. Namun ia mengakui ketidaktahuannya terhadap makna teologis dan kesakralan istilah Perjamuan Kudus.


“Saya mengetahui istilah perjamuan kudus sebelumnya, tetapi saya tidak memahami makna, isi, dan detail-detailnya. Tidak ada niatan untuk menyandingkan atau memplesetkan istilah keagamaan,” jelas Jarot.


Ia juga menyatakan bahwa proses editing, unggah pamflet, hingga penyebaran di media sosial dilakukan oleh dirinya secara pribadi, serta mengakui tidak adanya struktur kepengurusan yang jelas di internal Hooligan.


“Untuk pengambilan keputusan memang tidak ada struktur yang jelas. Editing dan upload ke media sosial itu murni saya sendiri,” katanya.


Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Jarot menyatakan akan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka melalui media sosial Hooligan FISIP dalam bentuk video klarifikasi. 


“Kami akan membuat video klarifikasi dan permintaan maaf, bukan hanya kepada PMK tetapi kepada seluruh pihak yang terdampak. Jika hal ini terulang, saya siap mundur,” tegas Jarot.


Tanggapan Mahasiswa di Audiensi

Sejumlah mahasiswa menyampaikan keresahan dan kritik dalam forum tersebut. Mereka menilai penggunaan istilah keagamaan dalam konteks nonkeagamaan sangat berisiko dan seharusnya dihindari. Batric, Mahasiswa Hubungan Internasional, mempertanyakan mengapa tidak ada peringatan internal dan mengapa pamflet tidak segera diturunkan setelah diunggah.


“Setelah 24 jam apakah tidak ada yang mengingatkan? Saya cukup menyayangkan kenapa tidak langsung di-take down,” ujar Batric.


Deo, salah satu anggota Hooligan yang beragama Kristen, menyampaikan bahwa ia sempat mempertanyakan penggunaan diksi tersebut, namun tidak menyangka pamflet akan diunggah ke media sosial dan memicu respons luas dari publik.


“Sebelumnya pernah mempertanyakan karena saya tidak menyangka bahwa hal ini di-upload ke media sosial. Dan menurut saya kata perjamuan ini merupakan kata yang biasa saja, dan memang respons dari publik tidak dapat dibendung,” ujar Deo.


Sikap FISIP

Tyas Retno Wulan, Wakil Dekan III FISIP Unsoed, menegaskan bahwa FISIP berkomitmen menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi seluruh mahasiswa.


“Situasi ini membuat tidak nyaman. Saya selalu menyampaikan di kelas agar semua merasa aman. Jika ada yang merasa tidak nyaman, silahkan lapor. Semua diselesaikan di forum ini,” ujar Tyas.


Audiensi ditutup dengan pernyataan bahwa permintaan maaf diterima secara personal oleh sejumlah perwakilan mahasiswa Kristen, namun tetap disertai penegasan bahwa ada tanggung jawab moral dan pembelajaran agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.


Reporter: Fanesa Dwi Aprilia, Kheisya Khoirunissa

Penulis: Anyalla Felisa

Editor: Carlina Ayu


Posting Komentar untuk "Pamflet "Perjamuan Kudis" Menuai Kontroversi, Hooligan Gelar Audiensi dan Sampaikan Permintaan Maaf"