Perkara 65 dan Akal Sehat
Mahasiswa Fakultas
Biologi 2013
Berbicara mengenai
prahara 65 dan perkembangannya akan selalu menarik berbagai khalayak untuk
memperbincangkanya, entah dengan data yang valid maupun asumsi-asumsi yang
beredar dari mulut ke mulut. Peristiwa 65 juga diakui atau tidak menjadi
tonggak sejarah yang membuat Indonesia dan apa yang ada didalamnya
bertransformasi menjadi apa yang disebut Orde Baru (ORBA). Kelamkah 65 dan selalu hitamkah
sejarah yang dituliskan oleh gerakan kiri lainnya? Kita tentu tidak bisa
menjustifikasi dengan gegabah dengan jawaban-jawaban normatif yang akhir-akhir
ini bertebaran di media. Maka dari itu kita seharusnya punya perspektif lain
agar kita sendiri dapat lebih jernih dalam menilai perjalanan bangsa ini.
Diakui atau tidak,
peristiwa 65 semakin hari menjadi semakin hangat diperbincangkan tanpa
mempertimbangkan essensi dari peristiwa tersebut dan kontribusi individu yang
ada dalam gerakan tersebut secara menyeluruh. Saya sendiri tidak akan membahas
terlalu dalam mengenai sejarah dan perkembangan dari issue ini namun lebih menawarkan untuk melihat dalam perspektif
baru sebagai mahasiswa biologi kekinian. PKI dan organisasi sayapnya sebenarnya
memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam perkembangan sosial, politik, budaya, dan pendidikan bagi negara
dan bangsa Indonesia. Terbentuknya Lekra dan afiliasinya dengan PKI, berdirinya
Universitas Res Publica dan Universitas underbouw PKI lainya, serta BTI dan
lainya sesungguhnya bukti nyata bahwa PKI berkontribusi nyata. Sepak terjang
PKI dan organisasi sayapnya setidaknya mengimbangi dominasi angkatan darat dan
politik militerisme yang dibangun oleh Nasution dan kawan-kawan seperti yang
sering dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer.
Pergerakan PKI ini seakan memberikan jawaban
nyata dalam perimbangan politik di Indonesia. Dalam konsep keseimbangan
ekologi, suatu ekosistem akan
mencapai produktivitas ekonomi dan biologis tertinggi dalam keadaan gangguan
menengah sehingga terciptanya keseimbangan yang dinamis. Atau dalam lingkup
kecil keseimbangan tubuh yang menjadi tolok ukur kesehatan tubuh juga tercipta
dari keseimbangan internal dari aksi
perimbangan hormonal tubuh. Hal ini analog dengan kehadiran PKI dan sepak terjangnya
sebelum 65 seakan sesuai dengan konsep keseimbangan
ekologi tersebut. PKI memberikan sentuhan nyata sebagai kekuatan alternatif
dalam menciptakan perimbangan tersebut. Otomatis, dengan adanya keseimbangan
ini secara langsung maupun tidak menciptakan Indonesia yang lebih dinamis.
Lucunya masyarakat sekarang seakan tidak melihat bahwa PKI sebelum 65 merupakan
sebuah bentuk anugrah dalam meciptakan keseimbangan sosial di Indonesia.
Khalayak
ramai seakan memahami PKI adalah dosa sejarah yang tidak bisa diambil hikmah
positifnya. Masyarakat seakan hanya memahami bahwa PKI dan organ-organ kiri
lainnya di Indonesia sebagai bahaya laten yang harus segera dimusnahkan. Hal
ini dianalisis oleh almarhum Wijaya Herlambang sebagai langkah dekonstruksi
perspektif yang dilakukan orba untuk menciptakan stabilitas politik dan
ekonomi. Wijaya Herlambang secara lengkap memberikan penjabaran langkah-langkah
orba dalam melakukan dekonstruksi perspektif masyarakat lewat seni dan budaya
tentang PKI, gerakan kiri, dan Marxisme Leninisme. Hasilnya? Ya kita tentu
dapat melihatnya dalam era kini, phobia
komunisme yang terstruktur dan dogmatis, alergi terhadap apapun yang disebut
“gerakan kiri”, dan sengaja membutakan diri terhadap alternatif perspektif
dalam menyikapi gerakan kiri, PKI dan hal-hal
lain mengenai Marxisme Leninisme. Mungkin dalam konteks ini, kemalasan dan ketidaktahuan
mereka dalam menyelami Marxisme Leninisme, dan Komunisme secara lebih dalam
menjadikan masyarakat kita makin dogmatis. Akhirnya, masyarakat yang jadi korban.
Masyarakat jadi membenci sesuatu – dalam hal ini Komunisme, Marxisme, Leninisme
– tanpa perlu mencari tahu terlebih dulu apa yang mereka benci. Mirisnya, ini
terjadi di mana-mana termasuk di institusi pendidikan.
Doktrinasi orba
mengenai kiri dan turunanya sekarang seperti tumbleweed (Salsola tragus)
yang akan mendominasi ekosistem dan bersifat destruktif terhadap ekosistem
tersebut. Dimana doktrin phobia kiri
adalah gulma tersebut dan masyarakat Indonesia sebagai ekosistemnya.
Hal ini tidak boleh hanya diaminkan saja tanpa ada tindakan penyadaran
untuk sekadar bisa menerima perspektif alternatif baru mengenai kekirian.
Karena jika hal ini terjadi maka lambat laun akal sehat masyarakat kita akan
semakin terkikis dengan dogma-dogma
yang ditanamkan oleh orba.
Lagi, Darwin sendiri
dalam The Origin of Species-nya dan
dijabarkan oleh penganut Neo Darwinian telah menyatakan bahwa semua seleksi
alam yang terjadi akan menciptakan organisme yang paling sesuai dengan kondisi
alam dan kemampuan adaptasi yang relevan, sedangkan seleksi artificial yang berlandaskan motif-motif ekonomi dan lainya hanya akan
menciptakan organisme yang
sekadar fungsional tanpa kemampuan adapatasi yang nyata terhadap dinamika
seleksi yang datang kemudian hari. Jika diterjemahkan dalam kondisi kekinian
masyarakat, doktrin orba tentang kekirian merupakan seleksi buatan (artifisial) yang akan membuat masyarakat
kita semakin terbelakang dalam konteks sosial kemasyarakatan dan tentu saja
menumpulkan akal sehat kita. Kasus kasus intoleransi terhadap pemikiran kiri
sepeti pembubaran diskusi, pelarangan pemutaran film tertentu, konfrontasi
terhadap kalangan yang dicap kiri merupakan bukti masyrakat kita masih
terbelakang bahkan dalam konteks keterbukaan menerima perpsektif perpsektif
alternatif. Seakan masyrakat kita masih masyrakat feodal yang masih sendhiko
dawuh terhadap nilai nilai lama tanpa berani mengkritisinya
Jadi, apakah kita yang
sedikit sadar akan kondisi masyarakt terkait sikap masyarakat yang ada saat ini
akankah terus diam? Atau mencoba sedikit memberikan pencerahan terhadap
masyarakat ataukah akan tetap diam sembari menikmati kemelut isu ini? Tentu hal
ini akan kembali lagi ke masing-masing
individu untuk mengambil keputusan sesuai dengan kapasitas dan keperluan masing-masing. Tentu penulis berharap akan ada
efek positif yang timbul dengan tulisan ini dalam menghadapi isu komunis yang
menggelora tanpa pemahaman yang mendalam akhir-akhir ini.
Posting Komentar untuk "Perkara 65 dan Akal Sehat"