Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Problematika Sampah Tak Ada Habisnya

 

Oleh : Tefiana Zahra Savila Mahasiswa Jurusan Sosiologi 2016
(Anggota Biro Kajian Ilmiah Rhizome FISIP Unsoed)

Dasar sampah! Sudah bau, jadi sumber masalah lagi! ~

Akhir-akhir ini, Kabupaten Banyumas kembali dirundung permasalahan mengenai sampah. Jumlah volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Banyumas masih tetap sama bahkan naik. Setiap orang pasti memproduksi sampah, baik sampah organik maupun anorganik setiap harinya. Sehingga, problematika mengenai sampah tidak pernah ada habisnya.

Ditambah lagi, dengan adanya pembatasan jumlah truk yang diizinkan masuk seperti di TPA Kaliori. Pada mulanya, setiap hari terdapat empat puluh truk yang masuk kemudian dibatasi menjadi lima belas truk tiap harinya. Lalu bagaimana dengan sampah-sampah lainnya? Salah satu solusi mengatasi persoalan sampah yaitu dengan membuat peraturan baru tentang pembuangan sampah.

Mulai akhir tahun 2018, Kabupaten Banyumas menutup semua TPA yang ada di Kabupaten Banyumas dan mengganti dengan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu). Salah satu penutupan TPA yakni di TPA Kaliori disebabkan adanya protes dari warga yang terkena dampak dari proses pembuangan tersebut, mulai dari bau tidak sedap, kerusakan tanah pertanian hingga air lindi yang merembes mencemari sumur warga.

Pemerintah Kabupaten Banyumas mengatasi permasalahan ini dengan menggulirkan peraturan baru. Peraturan baru tersebut mengenai pembuangan sampah ini digulirkan lewat Surat Edaran No.660.1/7776/2018, berisikan bahwa “Mulai 2 Januari 2019, pola pengeloaan sampah di Kabupaten Banyumas yang tadinya berbasis pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dengan pola kumpul, angkut, buang ke TPA, diubah dengan pengelolaan sampah dari sumbernya berbasis masyarakat dengan pola pilah sampah, manfaatkan sampah, dan musnahkan sisa sampah yang tidak terpakai di sumber sampah”. Adanya peraturan baru ini dianggap belum cukup matang. Masyarakat dibuat bingung karena adanya penutupan TPS di sekitar tempat tinggalnya serta mengenai pengelolaan sampah dari sumbernya.

Pengelolaan sampah dari sumbernya? Bagaimana caranya? Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah dari sumbernya yaitu sampah yang dihasilkan oleh kita, maka kita sendiri yang mengolahnya. Pengelolaan sampah dari sumbernya yaitu dengan cara melakukan pemilahan, pemanfaatan sampah, dan memusnahkan sisa sampahnya di lokasi. Oleh karena itu, sebaiknya kita meminimalisir penggunaan barang-barang yang berpotensi langsung menjadi sampah.

Permasalahan sampah bukan hanya permasalahan milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Yuk, mencoba kurangi sampah dimulai dari diri kita sendiri. Teman-teman dapat memulainya dengan cara tidak menggunakan plastik saat berbelanja. Kita harus berani mengatakan “ngga perlu pakai plastik mba/mas” jika kita belanja di swalayan, toko atau warung terdekat.

Selain itu, teman-teman dapat berpartisipasi pada Gerakan Tanpa Sedotan Plastik yang sudah diterapkan diberbagai tempat. Penggunaan sedotan plastik dapat digantikan dengan sedotan stainless steel yang aman digunakan berkali-kali sekaligus mudah dibawa.

Dengan langkah-langkah sederhana seperti itu maka kita sudah turut untuk membantu meringankan persoalan sampah yang ada. Sampah yang dihasilkan oleh kita, semampunya harus kita minimalisir dan lebih baik dipilih terlebih dahulu, kemudian diolah menjadi sesuatu yang memiliki nilai kembali.

 

Posting Komentar untuk "Problematika Sampah Tak Ada Habisnya"