Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

UKT Jadi Misteri, Unsoed Menutup Diri

 


“Transparansi Uang Kuliah Tunggal hingga kini belum menemukan titik terang. Mahasiswa sibuk mencari jawaban tapi Unsoed memilih bungkam. Lantas dimana gerangan uang yang rutin kami bayarkan?”

Tahun 2020 sudah memasuki babak pertengahan. Namun permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT) belum juga menemukan kejelasan. Mahasiswa menuntut haknya yakni transparansi dan alokasi UKT yang sampai detik ini masih jadi keheningan di kampus perjuangan, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Belum usai perjuangan terkait UKT, hadir lagi janji manis tanpa realisasi. Subsidi kuota sebagaimana yang tertera dalam Surat Keterangan Rektor Nomor. 649 /UN23/ RT 04.04/2020 hingga hari ini tidak juga turun ke tangan mahasiswa, dimana hal ini menambah babak baru keheningan Unsoed sebelumnya.

Persoalan UKT maupun subsidi kuota yang kini menjadi tuntutan mahasiswa memang bukan hanya omong kosong tanpa bukti nyata. Dalam bincang dengan beberapa mahasiswa diantaranya menyampaikan kegelisahan akan realisasi dari janji manis Unsoed untuk anak-anaknya. Salah satunya Kitna Yasifana Iman sebagai mahasiswa yang terdaftar menerima bantuan subsidi kuota yang dijanjikan Unsoed. “Kebetulan saya dapat UKT golongan dua. Ini sudah Mei, bahkan hampir ganti bulan lagi tapi masih belum cair. Padahal pendataan sudah dari bulan lalu,” tuturnya sedikit kesal.

Adalagi, Tabah Ali Yusro, salah seorang mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) yang menyampaikan kegelisahan serupa. “Keberatan sekali (red: tidak adanya keringanan UKT). Aku mikir, uang tiga juta buat semester depan. Kebanyakan mahasiswa pasti keberatan. Apalagi pandemi tentu mengubah kondisi ekonomi keluarga,” tutur Ali saat kami hubungi via Whatsapp.

Selanjutnya ia bercerita tentang kondisi kuliah online yang dialami. “Kondisi kuliah online juga, jujur cukup mencekik. Biasanya satu bulan kuota Rp75.000,00 kini harus menyisihkan Rp150.000,00 untuk Googel Meet, upload video praktik, dan lainnya. Dengan tidak adanya subsidi, jelas memberatkan. Dua hari sekali hanya diberi Rp10.000,00 sampai Rp15.000,00 saja dan aku kumpul untuk beli kuota.” Tentu saja jawaban ini hanya segelintir kejadian yang sayangnya juga terjadi pada mahasiswa lain. Maka dari itu, raungan mahasiswa pada keheningan Unsoed masih sama besarnya.

Sangat disayangkan ketika Unsoed masih saja diam disaat mahasiswa tetap giat dan semangat menuntut jawaban terkait transparansi, keringanan UKT ataupun subsidi kuota. Padahal ketiga hal ini, sudah secara gamblang dijelaskan dalam peraturan seperti halnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 63 yang dengan tegas menyatakan, bahwa setiap perguruan tinggi dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip, salah satunya ialah transparansi. Dalam peraturan lain yaitu Permenristekdikti No 39 Tahun 2017 Pasal 5 menyatakan bahwa pemimpin Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dapat memberikan keringanan UKT dan/atau melakukan penetapan ulang pemberlakuan UKT terhadap mahasiswa terkait dengan permasalahan ekonomi. Terlebih saat ini, ketika banyak mahasiswa yang kena imbas ekonomi akibat pandemi Corona.

Tak hanya sampai disitu. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sudah menganjurkan melalui Surat Edaran  nomor 302/E.E2/KR/2020 terkait bantuan pada mahasiswa, bahwa tiap perguruan tinggi memiliki tanggungjawab untuk membantu mahasiswa, baik bantuan logistik maupun kesehatan bagi mereka yang membutuhkan. Namun, Unsoed kemana? Bungkam, tanpa jawaban sedangkan mahasiswa dibiarkan tercekik janji manis tanpa adanya kejelasan.

Selama ini persoalan UKT memang tidak pernah membuahkan hasil yang memuaskan. Kita semua masih menerima tanda tanya sebab tidak satu kalipun selama persoalan ini mengudara Unsoed mau buka suara. Nada yang sama dinyatakan oleh mantan pejabat SPMB Unsoed yang tidak ingin disebutkan namanya, ketika dimintai keterangan terkait alur dana dan alokasi di Unsoed. “UKT ibarat hantu, semua lini pejabat tutup mulut.”

Ia pun menambahkan alasan hening tak berkesudahan ini. “Karena tidak ada yang mau untuk membuka data terkait presentasenya untuk operasional berapa dan kembali untuk pendidikan berapa, tidak pernah ada jawaban,” tuturnya. Jawaban ini seolah membenarkan anggapan bahwa Unsoed menolak buka suara, bukan hanya pada mahasiswa bahkan pada civitas academica lainnya.

Hilangnya jejak UKT pada akhirnya menuntut buah panjang serta deret pertanyaan yang muncul tanpa bisa ditahan. Salah satunya dikemukakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsoed, sebagai salah satu fakultas penyumbang jumlah UKT tertinggi. Dalam wawancara via Whatsapp dengan Adi Indra, Wakil Dekan Bidang Akademik FEB. Ia menyatakan ketidaktahuannya akan alokasi UKT dan pendistribusian yang tidak jelas alurnya. “Benar UKT FEB paling besar. Kita FEB total UKT 37 Miliyar tapi nerimanya hanya 8 Miliyar. Sedih mbok? Kenapa bisa seperti itu? Bisa ditanyakan ke Wakil Rektor 4 (Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Humas) dan Wakil Rektor 2 (Bidang Keuangan) karena kita hanya tinggal menerima," tuturnya.

Tidak puas sampai disana, kami mencoba mencari jawaban dan gambaran terkait kejelasan alokasi anggaran Unsoed saat ini melalui wawancara dengan Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP, Lutfi Makhasin. Ia menyatakan bahwa revisi Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Unsoed tengah diproses. “Revisi RBA Unsoed finalisasi minggu ini. Selanjutnya masuk ke Sistem Informasi Manajemen Pengadaan (SIMAPAN) dan diajukan ke pusat. Untuk poin-poin yang direvisi yaitu mengurangi anggaran operasional kantor, biaya perjalanan dinas, dosen tamu dan biaya delegasi,” tuturnya.

Namun ketika ditanya mengenai keringan UKT, ia enggan menjawab karena hal ini merupakan kewenangan Wakil Rektor 4 (WR 4) Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Humas. Bertolak pada pernyataan itu, kami mencoba untuk mengkonfirmasi pada yang bersangkutan. Tapi sampai detik ini setelah berkali-kali kami hubungi, Unsoed tetap teguh pada jawaban andalannya, tidak menjawab. Entah sedang sembunyi dimana hingga salam serta itikad baik yang dilakukan mahasiswa tidak pernah disambut dengan hangat yang sama.

Selama ini Unsoed tetap diam, teguh pada kebungkaman. Para pejabat saling lempar jawaban, sembunyi dari tuntutan dan UKT masih jadi misteri yang tidak ada titik terang. Sebagaimana kami rutin membayar tiap enam bulan sekali, untuk itu Unsoed jangan lari. Dengan tangan terbuka, jawab tanya mahasiswa. UKT kami semua, kemana perginya?

Reporter : Fransiska Oktaviani, Lina Damayanti, Andri Kurniawan

Penulis : Fransiska Oktaviani

Editor : Laksmi Pradipta Amaranggana

Posting Komentar untuk "UKT Jadi Misteri, Unsoed Menutup Diri"