Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku Berhak Meminta Hak

 

Ilustrasi puisi "Aku Berhak Meminta Hak" (Cahunsoedcom / Nadinta Zulfa)

|

Aku merangkak
Tubuhku membengkak

Keringat dan darah mulai bercucuran,
“Sudah cukup aku menjadi beban!”

“Bestari tinggi, awal kunci jaya sakti.”
Itulah yang kudengar di pagi hari
Namun tanpa arah aku dituntut untuk berlari
Menuntaskan janji bakti yang kupilih sendiri

Aku tegap berdiri
Bergegas mempersiapkan diri
Alih-alih… Mereka malah memberiku kostum tari
Lucu sekali!

“Berhenti merangkak! Sudah waktumu untuk berlari! Tembuslah mesin penggiling itu namun jangan sampai kau mati!”
Dengan bodohnya, aku berlari mengikuti

 

||

Tanpa disadari, aku membuang waktu tidurku
Pun hampir tak pernah menyapa hangatnya peluk Ibu
Kemudian memuai tubuhku, terbakar menjadi abu
Hingga aku tak lagi bisa merasakan tajamnya sebuah peluru

Pun aku terbiasa, menjadi sosok perkasa yang tak butuh rasa iba
Esoknya aku mulai tertawa, apakah upahku sebatas ini saja?
Sebatas pengalaman yang membuatku lupa akan kebutuhan jiwa raga

 

|||

Demi asa yang kuharap penuh nirmala
Aku tak akan menyerah begitu saja
Dan kepada mereka yang berkuasa
Aku ingin berbicara!

Bahwa aku meminta sebagian nuraga
Sama rata terlihat dengan kasat mata
Dari kami para pekerja
Menuntut keadilan sepenuhnya

 

Posting Komentar untuk "Aku Berhak Meminta Hak"