Menuju Kuliah Tatap Muka, Kantin FISIP Unsoed Mulai Buka
Pandemi Covid-19 sudah 2 tahun
melanda Indonesia terhitung sejak diumumkannya pasien pertama terinfeksi virus
corona pada 2 Maret 2020. Kondisi ini menghasilkan dampak yang beragam dan meluas
ke berbagai sektor, termasuk di sektor perkuliahan. Tidak hanya mahasiswa dan
dosen yang disulitkan oleh kondisi 2 tahun belakangan ini, pedagang kantin juga
dirugikan karena kebijakan perkuliahan daring selama ini membuat mereka
terpaksa tutup sementara.
Munculnya kebijakan pelaksanaan
kuliah hybrid seolah menjadi angin
segar bagi para pedagang kantin. Hal ini membuat mereka memiliki kesempatan
untuk kembali berjualan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jenderal Soedirman (FISIP Unsoed) sudah memulai perkuliahan hybrid sejak pertengahan Februari lalu.
Sayangnya, perkuliahan hybrid ini
tidak sepenuhnya berjalan, dan kebijakannya pun terus berubah setiap minggunya.
Para pedagang kantin yang kembali buka dengan harapan kembali mendapatkan pemasukan hanya dapat pasrah melihat ketidakjelasan kondisi ini. “Sudah buka dari 3 minggu lalu, tapi mahasiswanya masih sepi,” ungkap Sumiati, salah satu pedagang kantin di FISIP Unsoed. Sumiati juga mengungkapkan bahwa selama 3 minggu berjualan ia tidak memperoleh keuntungan sama sekali. “Keuntungan belum masuk sama sekali, bisa buat muter saja,” ujarnya.
Terkait persoalan yang dialami pedagang kantin FISIP Unsoed ini, kami dari LPM Solidaritas mencoba menemui Wakil Dekan Bidang II (Bidang Umum dan Keuangan), Alizar Isna. Beliau mengaku bahwa kantin FISIP Unsoed tidak dikelola oleh fakultas melainkan universitas di bawah naungan Badan Pengelola Usaha Unsoed. “Kantin memang letaknya di FISIP tetapi pengelolanya universitas. Penyewa tidak bayar ke FISIP tapi ke rektor langsung, masuk rekening rektor, kita hanya ketempatan aset itu,” ungkapnya.
Alizar Isna menjelaskan bahwa
fakultas hanya memiliki kewajiban menyediakan kantin, listrik, dan air. Terkait
perizinan untuk berjualan di kantin saat ini, Alizar Isna mengutarakan bahwa
pihak fakultas memberikan keleluasaan bagi pedagang kantin untuk memilih
berjualan atau tidak. “Sepenuhnya dari penjual kantin, tidak didikte. Saya rasa
mereka bisa lihat peluang,” ucapnya.
Sesuai surat edaran dari rektorat, kantin
FISIP dikenakan biaya sewa sebesar Rp12.000.000 per tahun yang ditanggung oleh lima
pedagang yang menempati. Kabar baiknya, pedagang mengaku sudah tidak dibebani
biaya sewa terhitung sejak libur awal pandemi. Biaya kantin sesuai penuturan
Sumiati akan mulai ditarik kembali nanti ketika mahasiswa sudah mulai beraktivitas
di kampus sepenuhnya. Kebijakan ini menjadi hal yang sangat tepat melihat
kondisi yang tidak memungkinkan pedagang kantin memperoleh pemasukan. Meskipun
begitu, para pedagang kantin berharap bahwa kondisi segera kembali seperti dulu
sehingga mereka dapat berjualan kembali secara normal.
Selain pedagang kantin, mahasiswa
juga mengaku rindu suasana kantin sebelum pandemi. “Kondisi kantin FISIP penuh mahasiswa dari ujung sampai ujung,
aku bisa lihat dosen, lihat ada yang lagi bimbingan, lihat ada banyak mahasiswa
yang lagi mengobrol atau diskusi, di
sini sirkulasinya mahasiswa,” cerita Seto, mahasiswa jurusan Ilmu Politik
angkatan 2019 mengenai suasana kantin sebelum pandemi. Seto juga berharap agar
mahasiswa lebih sadar dan peduli untuk menghidupkan kantin seperti sediakala.
Posting Komentar untuk "Menuju Kuliah Tatap Muka, Kantin FISIP Unsoed Mulai Buka"