Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Unsoed Bangun Hotel, Guna Menaikkan Pendapatan?

Ilustrasi Hotel Unsoed Inn (Cahunsoedcom)

Pembangunan Hotel Unsoed Inn yang berlokasi di Jalan Prof. DR HR Boenyamin, tepatnya di seberang FISIP Unsoed telah melaksanakan peletakan batu pertamanya pada 23 September 2020 lalu. Pembangunan hotel yang digadang-gadang akan setara dengan hotel bintang empat dan berkonsep syariah ini terpaksa sempat terhenti. Adapun beberapa opsi nama yang sekiranya akan ditetapkan untuk hotel ini, yaitu Unsoed Internal Boarding atau Wisma Unsoed.

Hotel Unsoed Inn dibangun dengan tujuan optimalisasi aset yang dimiliki oleh Unsoed sekaligus untuk menambah pemasukan. “Kita diberi tugas untuk mengoptimalkan sumber daya aset-aset yang kita miliki untuk mendapatkan benefit PNBP, yang nantinya digunakan untuk peningkatan proses pendidikan mahasiswa,” ujar Suwarto, eks Rektor Unsoed periode 2018-2022.

Sasaran dari Hotel Unsoed Inn merupakan masyarakat umum dan mahasiswa Unsoed. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalam Hotel Unsoed Inn mencakup fasilitas hotel pada umumnya yang terdiri dari 175 kamar sekaligus fasilitas yang diperuntukkan bagi kegiatan mahasiswa Unsoed, seperti tempat konferensi, seminar, dan show room kegiatan-kegiatan akademik. Selain itu, terdapat 5 atau 10 kamar dormitory yang digunakan untuk mahasiswa S2 maupun S3 yang terkadang tidak full berada di Purwokerto. 

Peningkatan pemasukan ini juga sebagai persyaratan untuk naik peringkat dari Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). Tim transformasi dari PTN BLU ke PTN BH Unsoed yang diketuai oleh Sugiyono masih menimbang-nimbang serta mengevaluasi posisi Unsoed, apakah Unsoed sudah bisa maju menjadi PTN BH atau belum.

Namun, proses pembangunan hotel tersebut mengalami beberapa kendala sehingga sempat terhenti selama kurang lebih dua tahun. Terhentinya proses pembangunan disebabkan oleh pandemi Covid-19, serta penyandang dana Hotel Unsoed Inn yang dikabarkan meninggal dunia pada Oktober lalu dikarenakan terpapar Covid-19. 

Untuk memperoleh informasi lebih lanjut kami berusaha menemui Eks Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Hubungan Masyarakat periode 2018-2022. Tetapi, beliau tidak berkenan untuk ditemui. Setelah permohonan surat kedua, beliau justru mengalihkan kami ke Badan Pengelola Usaha (BPU) Unsoed.  

Berdasarkan pernyataan sekretaris BPU Unsoed, kedua pihak merasakan stres akibat kendala-kendala yang muncul. "Begitu sudah kontrak ternyata covid, yang punya uang meninggal. Sana (mitra) stres kami juga stres, kami kan berharap itu segera selesai karena bayangannya kalau delapan tahun itu punya pendapatan sekitar Rp190 milyar ketika 20% nya kita kan dapat Rp38 milyar, profit kita Rp38 milyar,” ungkap Waluyo Handoko saat diwawancarai (08/06/22).

Blue Print Hotel Unsoed Inn (Cahunsoedcom)

Anggaran pembangunan Hotel Unsoed Inn sepenuhnya berasal dari mitra sebesar Rp180 milyar. Sedangkan pihak Unsoed hanya menyediakan tanah seluas 2.400 meter. Dalam pengukuran ulang lebar hotel ternyata terdapat perbedaan 1,2 meter dari sertifikat. Pada sertifikat tertulis 30 meter, setelah mengukur ulang dengan BPN ukurannya hanya 28,8 meter. Sehingga blueprint yang dimiliki BPU sekarang bukan gambar terakhir. “Sehingga gambar yang terakhir ini harus mengurangi lebar hotel, itu yang kami belum punya. Tapi sudah ada sebetulnya, tapi kami belum pegang,” ungkap Waluyo Handoko.

Ketika hotel tersebut selesai dibangun, nantinya akan dikelola oleh manajemen dari PT. Mazidah Zamrud Baitussalam. Dana kompensasi 1 milyar di awal tahun akan masuk ke rekening rektor dan di akhir tahun perhitungan terdapat profit sharing, 20% untuk Unsoed sedangkan 80% untuk mitra. Profit sharing ini rencananya akan berlangsung selama 18 tahun.

Terhentinya pembangunan tidak membuat Unsoed langsung memutus kontrak begitu saja, pihak Unsoed masih memberikan kesempatan dengan menghabiskan masa kontrak selama 22 bulan yang berlangsung mulai September 2020 hingga Juli 2022. Apabila masa kontrak telah habis sedangkan pembangunan belum selesai, maka pihak Unsoed berhak mendapatkan jaminan pelaksanaan sebesar Rp9,25 milyar. Selanjutnya, akan dibuka lelang ulang dan mencari mitra baru untuk bekerjasama. 

Pada lelang ulang tersebut terdapat kemungkinan Unsoed akan mengurangi nilai investasi yang awalnya sebesar Rp180 milyar menjadi kurang dari Rp100 milyar. Mengurangi nilai investasi akan membuat bangunan setinggi 12 lantai dengan 3 basement tersebut mengalami pengurangan lantai serta volume bangunan. Harapannya dengan nilai investasi yang kurang dari Rp100 milyar, kemampuan investor akan lebih besar dibandingkan sebelumnya. “Kita akan berpikir apakah kita mendesain ulang hingga mengurangi jumlah lantai dan sebagainya, sehingga volume hotel itu bangunannya berkurang, nanti nilai investasi akan berkurang, akan turun kan tentunya. Dengan nilai investasi turun, tentu kemampuan dari investor nanti akan lebih banyak lagi, sebab kalau pembangunan Rp180 sekian milyar, barangkali akan lebih sedikit apabila nilai investasinya di bawah 100 (milyar rupiah),” terang Waluyo Handoko.

Selain beberapa kendala yang telah dijelaskan di atas, tidak ada kendala terkait perizinan mendirikan bangunan, protes pedagang, atau yang lainnya.  Pembangunan Hotel Unsoed Inn tersebut telah memenuhi perizinan dan AMDAL. Pedagang yang semula berjualan di sekitar lokasi pembangunan hotel kini dilarang berjualan pada jam kerja sehingga mereka berjualan pada malam hari. Persyaratan dari pemda pun sudah dipenuhi, misalnya jarak bangunan dari bahu jalan, jumlah lantai, dan penamaan bangunan.


Reporter: Dewi Sri Rahayu, Nurul Fathimah, Hafidha Trinur Ilmi, Ardi Dwi Ramadan

Penulis: Dewi Sri Rahayu

Editor: Anisa PMC


Posting Komentar untuk "Unsoed Bangun Hotel, Guna Menaikkan Pendapatan? "