Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Angkat Isu Kekerasan Seksual, Teater SiAnak Tampilkan Studi Pentas "Deru"

Cahunsoedcom/Eline Ivana

Purwokerto, Cahunsoedcom – Minggu (26/02), Teater SiAnak mempersembahkan studi pentas yang diselenggarakan di aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Pentas SiAnak Beranak Pinak 2022 yang bertajuk “Deru” menggaungkan suaranya di aula pukul 19.30 WIB secara gratis tanpa dipungut biaya.

"Deru" menceritakan tentang seorang anak bernama Nawang yang diperkosa oleh bapaknya sendiri. “Awalnya Nawang adalah mahasiswi yang mengalami pemerkosaan kemudian mengalami skizofrenia atau delusi akibat perlakuan bapaknya. Peran Nawang digambarkan sebagai korban kekerasan seksual, namun seiring berjalannya waktu ia menjadi pelaku tanpa bisa berbicara,” terang Fanny Seisha Sabrina, mahasiswa Sosiologi angkatan 2022, pemeran Nawang.

Kelly Pettyas, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2022, selaku sutradara menjelaskan alasan pemilihan judul pentas. “Untuk judulnya sendiri “Deru”, sebenarnya aku ingin mengangkat tentang suara dan nemu kata “Deru” yang artinya bagus untuk pentas, yaitu menyimbolkan suara yang ingin dikeluarkan dan diterima selama ini di kepalanya yang mengganggu,” jelas Kelly.

Ia menambahkan, saat ini masih marak terjadinya kasus kekerasan seksual sehingga menjadi salah satu alasannya untuk mengambil isu tersebut. “Alasannya karena kesepakatan dari calon anggota untuk mengambil isu kekerasan seksual yang sedang marak dan juga kita masih melihat kalau korban belum dan jarang mendapatkan keadilan. Kekerasan seksual bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja,” tambahnya.

Awalnya pentas akan diselenggarakan tahun 2022, tetapi mundur menjadi tahun 2023 karena terhambat Ujian Akhir Semester (UAS) dan libur semester. Dijelaskan bahwa tim produksi mempersiapkan pentas selama 2 minggu dengan naskah yang baru. “Jadi sebenarnya awal casting dari September, lalu kita berproses selama 2 bulan dan tadinya mau pentas Desember, tetapi nggak bisa. Nah kita baru mulai lagi di awal perkuliahan dengan naskah yang berubah,” jelas Fanny.

Pesan moral yang bisa diambil dari pementasan “Deru” dijelaskan langsung oleh sang sutradara. Ia berharap dari pementasan tersebut dapat merangkul dan menjadi wadah bagi orang-orang untuk berani bersuara. “Dari kita berniat untuk menyampaikan ke orang-orang terdekat, teman-teman, dan penonton yang hadir, dengan memperlihatkan bagaimana korban yang berusaha untuk bersuara sesulit itu. Oleh karena itu, kita ingin mencegah dan sebagai individu kita ingin agar orang-orang lebih aware dengan kekerasan seksual. Kita bisa menjadi wadah bagi orang-orang untuk bersuara, setidaknya kita bisa jadi orang yang merangkul mereka.”

Reporter: Dewi Sri Rahayu, Fadhila Salma Arzetti, Insi Faiqoh Setyaningrum, Salsabilla Silky Osindri

Penulis: Fadhila Salma Arzetti

Editor: Insi Faiqoh Setyaningrum

Posting Komentar untuk " Angkat Isu Kekerasan Seksual, Teater SiAnak Tampilkan Studi Pentas "Deru""