Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melacak Eksistensi BK Kampus

Cahunsoedcom/Mg-Roziana Nur

Dalam menangani kasus terganggunya kesehatan mental, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)  memiliki Bimbingan Konseling (BK) yang tersebar di setiap fakultas. Memiliki slogan sebagai sahabat mahasiswa, BK seharusnya menjadi tempat curhat atau mencari solusi dari permasalahan mahasiswa. Namun, mengenai kinerja BK sendiri terasa kurang maksimal. Hal ini terlihat dari kurangnya pengetahuan mahasiswa tentang keberadaan BK. 

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan LPM Solidaritas yang diikuti oleh 151 mahasiswa Unsoed dari seluruh fakultas, sebanyak 48 persen mengaku tidak mengetahui tentang adanya Bimbingan Konseling di tingkat fakultas ataupun universitas. Berdasarkan survei yang sama, hanya 2,7 persen atau 4 responden yang pernah memanfaatkan layanan BK yang ada di Unsoed. 

“Jujur aku kurang tahu kalau misalkan di sini ada BK kampus. Sebenarnya pernah denger, cuma nggak terlalu tahu banyak,” ujar Afreza Khairani, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). 

“Aku nggak tahu pelayanan di BK Kampus itu bagus atau nggak. Cuma, kalau BK ternyata sudah lama ada tapi banyak yang nggak tahu atau banyak yang jauh dari info BK ya mereka pelayanannya perlu dipertanyakan,” tambah Afreza

Menanggapi hal tersebut, Dattadewi Purwantini selaku Ketua BK Unsoed menjelaskan bahwa BK sudah melakukan upaya supaya mahasiswa mengetahui keberadaan BK, seperti melakukan talkshow, roadshow, dan sosialisasi. Banner pun sudah terdapat di mana-mana. Namun, memang mahasiswanya sendiri yang tidak menghiraukan. 

“BK sebelum ada online juga tidak begitu dikenal. Kami menyelenggarakan talkshow dua atau tiga kali pengikutnya nggak banyak, hanya berjumlah di bawah seratus,” ujar Dattadewi.

Dattadewi menyampaikan hadirnya BK adalah upaya untuk menyiapkan mahasiswa agar memaksimalkan mental selama kuliah. BK memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bercerita jika ada masalah.

“Bimbingan Konseling itu menyiapkan mahasiswa supaya mampu memaksimalkan mental selama kuliah di Unsoed. Jadi, mahasiswa punya hak untuk berkonsultasi atau mengungkapkan perasaannya sehingga mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental,” ujar Dattadewi. 

BK Universitas memiliki program mensosialisasikan supaya semua fakultas di Unsoed paham mengenai pentingnya kesehatan mental. Disampaikan oleh Dattadewi, fakultas yang biasanya responsif itu cenderung fakultas humaniora. 

“Saat roadshow yang responsif itu FISIP, Fikes, dan FEB. Mungkin karena sudah biasa menangani yang seperti itu. Kalau Fapet yang hadir banyak tapi nggak ada yang tanya. Jadi, memang kalau yang di sosial lebih responsif,” ungkap Dattadewi. 

Terkait kurangnya pemanfaatan BK oleh mahasiswa, Dattadewi tak menampik dan menilai hal itu disebabkan banyak mahasiswa yang merasa bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga tidak menggunakan layanan BK. 

“Terus terang belum banyak yang memanfaatkan,” ujar Dattadewi.

BK sendiri sudah berkembang dan terdapat tangan panjangnya di setiap fakultas yang dimulai sejak tahun 2022. BK Universitas dan BK Fakultas dalam pelayanannya saling bekerja sama. Apabila sudah tidak bisa ditangani oleh BK Fakultas, maka akan ditransfer ke BK Universitas. 

Beberapa program BK Fakultas juga sudah dijalankan, seperti di FISIP terdapat Career Development Center dan Konselor Sebaya yang bekerja sama dengan PIK-R Aksiologi.  Selain berperan sebagai sahabat, BK juga akan membantu menghubungkan pada psikolog atau psikiater jika memang diperlukan. 

“BK sudah menganggarkan biaya untuk konsultasi ke ahli. Kemudian kita juga mengadakan pembekalan-pembekalan kesehatan mental,” ujar Safrina Arifiani Felayati selaku Ketua Tim BK Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Upaya sosialisasi pun telah dilakukan oleh BK FIB, namun tidak ramai diikuti oleh para mahasiswa.

“Dalam satu tahun ini memang kalau saya sosialisasi banner sudah ada di mana-mana, seperti di lobby dan ruang auditorium, tapi mahasiswa saya kok nggak tahu kalau ada BK gitu,” ungkap Safrina.

Di Fakultas Peternakan (Fapet), BK selain sebagai penampung keluh kesah juga kerap melakukan sosialisasi dan mendatangkan pembicara dari luar. 

“Selain sosialisasi terhadap mahasiswa baru, kita juga sering mendatangkan pembicara dari luar, baik dari tingkat universitas luar yang berkaitan. Itu bisa diikuti umum oleh siapapun,” ujar Nunung Noor Hidayat selaku Ketua Tim BK Fapet.

Sedangkan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), menurut Dwita Darmawati selaku Ketua Tim BK FEB belum terstruktur kegiatannya. 

“BK memang masih baru dan kegiatan-kegiatan kita belum terstruktur. Kemudian, kebanyakan kasus yang terkait dengan kesehatan mental itu awalnya ditangani oleh tim dari Lab Karir,” tuturnya.


Reporter: Mg-Anyalla Felisa, Mg-Roziana Nur, Mg-Nur Zakiyatul, Mg-Khazimatul, Mg-Galih Ichbar, Mg-Khalif Bintang, Mg-Septy Dwiyanti Mg-Afifahtun Nabila

Penulis: Mg-Septy Dwiyanti

Editor: Dewi Sri Rahayu




Posting Komentar untuk "Melacak Eksistensi BK Kampus"