Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengulik Pendirian Program Studi Pariwisata di FISIP

Cahunsoedcom/Nur Zakiyatul
Purwokerto, Cahunsoedcom - Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) memiliki rencana menambah program studi (prodi) baru di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yakni Prodi Pariwisata. Ide yang sudah ada sejak lama ini mulai direncanakan pada tahun 2022 dan masuk dalam rencana strategis (renstra). Akan tetapi, urgensi dan realisasi dari pendirian prodi ini masih dipertanyakan. 

Muhammad Yamin selaku Tim Formatur Prodi Pariwisata menyampaikan bahwa perkembangan pariwisata yang pesat di Banyumas menjadi salah satu alasan Unsoed mendirikan Prodi Pariwisata. Dengan mempertimbangkan pariwisata yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat, menjadikan prodi ini relevan dengan perkembangan zaman. 


“Jurusan Pariwisata ini suatu kebutuhan. Kita perlu memikirkan sebuah alternatif untuk mahasiswa, yang kemudian relevan dengan zaman dan kebutuhan pasar,” ujar Yamin (Selasa, 2/4) 


Yamin juga menyampaikan bahwa pada awalnya jurusan pariwisata direncanakan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unsoed, akan tetapi jurusan ini tidak kunjung buka. Hingga akhirnya di dalam renstra perubahan, tertulis bahwa Prodi Pariwisata akan dibawahi oleh FISIP. 


“Sepertinya pariwisata (Prodi Pariwisata) mau ditaruh di budaya (FIB) karena ada satu dosen yang disiapkan. Tapi ternyata nggak buka-buka. Ternyata ada renstra perubahan, dimintalah di FISIP,” tuturnya. 


Pendirian Prodi Pariwisata di FISIP menuai beberapa pertanyaan, mengapa FISIP menjadi fakultas yang membawahi Prodi Pariwisata? Yang mana sebagian besar Prodi Pariwisata di Indonesia berada di FIB atau Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Menanggapi hal itu, Yamin mengatakan bahwa hal utama yang harus dipikirkan adalah sektor tata kelola, yang mana FISIP adalah tempatnya. 


“Pariwisata adalah suatu multidisiplin, tidak bisa dipikirkan hanya dari sudut pandang ekonomi. Oleh karena itu, FISIP membentuk mahasiswanya menjadi tulang punggung pariwisata, sehingga tata kelola menjadi hal yang utama. Kami ingin memberikan wawasan baru bahwa sebenarnya harus dimulai dari sebuah perencanaan dan manajemen kebijakan yang baik,” tutur Yamin. 


Namun di dalam prosesnya, pendirian Prodi Pariwisata tidak berjalan dengan lancar. Setelah melakukan pengunggahan proposal di sistem, nyatanya proposal tersebut belum bisa diterima dan berakhir dikembalikan. Hal ini disebabkan karena kurangnya beberapa data dan masalah Sumber Daya Manusia (SDM), yang mana setiap prodi baru diwajibkan untuk memiliki minimal lima dosen dengan latar belakang pendidikan yang sesuai. 


“Awalnya pinjam dari FIB, tapi bukan Magister Pariwisata melainkan dosen yang memiliki pengalaman di bidang pariwisata. Setelah diunggah ternyata dikembalikan, karena menurut kementerian belum tepat. Saat dikembalikan, Pak Rektor mengupayakan dengan menggunakan SDM yang kita pinjam dari perguruan tinggi lain dan Magister Pariwisata yang sudah pensiun, dengan memberikan Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK). Setelah diunggah kembali, tetap dikembalikan dan dianggap belum memenuhi syarat karena FISIP sendiri belum memiliki lima Magister Pariwisata dan dianggap tidak siap,” jelas Wahyuningrat selaku Dekan FISIP Unsoed. 


Sampai saat ini, kejelasan mengenai Prodi Pariwisata yang akan menjadi jurusan tersendiri atau di bawah Jurusan Administrasi Publik belum dapat diputuskan. 


“Belum tahu secara terstruktur ditaruh mana. Menjadi jurusan tersendiri atau di bawah Jurusan Administrasi Publik. Karena ilmunya adalah manajemen dan pariwisata adalah objeknya,” tutur Wahyuningrat. 


Melihat permasalahan yang ada di dalam proses pendirian Prodi Pariwisata seharusnya membuat Unsoed membenahi diri terlebih dahulu. Wahyuningrat juga menyampaikan bahwa Unsoed masih belum memiliki modal untuk mendirikan prodi baru ini. 


“Dari perencanaan Pak Rektor, tampaknya potensinya calon mahasiswanya tinggi. Tapi ya namanya kita punya kehendak, tapi belum punya modal,” ujarnya. 


Kurangnya persiapan mengakibatkan realisasi Prodi Pariwisata tidak akan mungkin dilakukan pada tahun 2024 maupun 2025. 


“Tahun ini belum. Tahun 2025 pun saya juga belum tahu, 2026 atau 2027,” tutur Wahyuningrat. 


Reporter: Yasmin Kholishoh, Cikal Lintang, Calya Nashifa, Anyalla Felisa

Penulis: Calya Nashifa Adi Saputri

Editor: Hanna Christi 


Posting Komentar untuk "Mengulik Pendirian Program Studi Pariwisata di FISIP"