Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mahasiswa Soroti Dugaan Ketidakobjektifan Seleksi PKM Belmawa: Pihak Kampus Tepis Tuduhan

Cahunsoedcom/Wadhhah Afifah 

Purwokerto, Cahunsoedcom – Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu program yang dirancang dan dijalankan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa agar memenuhi standar lulusan perguruan tinggi sebagaimana yang diharapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Ditjen Diktiristek). Pada bulan Januari lalu, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) membuka pendaftaran untuk PKM Belmawa bagi para mahasiswa. Namun, proses pelaksanaannya menuai dugaan ketidakobjektifan yang dilakukan oleh dosen dalam tahapan seleksi pelolosan proposal.


Dugaan ketidakobjektifan seleksi pelolosan PKM Belmawa semakin mengemuka seiring dengan pendapat yang disampaikan oleh beberapa mahasiswa dan seorang panitia PKM. Mereka mengungkapkan bahwa ada indikasi mahasiswa yang diberi tawaran oleh dosen agar lolos pada tahap berikutnya. Selain itu, dugaan lain juga muncul terkait proses review proposal yang tidak dilakukan secara menyeluruh oleh beberapa dosen reviewer, serta adanya mekanisme penilaian yang dinilai menyimpang dari buku panduan yang telah ditetapkan. 


Seorang anggota satgas PKM Belmawa, mengungkapkan pengalamannya menemukan dosen yang secara langsung meloloskan proposal mahasiswa ke tahap selanjutnya. Menurut Daya (nama samaran), target mahasiswa yang ditawarkan adalah mereka yang memiliki kedekatan dengan dosen reviewer.


“Pernah mahasiswa ditawari langsung. Walaupun dia kaya nggak layak, bakal tetep lolos dan dia tetap dapat revisian dari dosen. Mahasiswa yang diloloskan itu yang dekat dengan dosen,” ucapnya.


Tidak hanya itu, ia mengungkapkan kecurangan pelolosan proposal juga dilakukan dosen terhadap pelolosan proposal satgas. Menurutnya, beberapa kelompok yang anggotanya berasal dari satgas, diloloskan ke tahap dua tanpa proses review.


“Satgas diperbolehkan buat ikut lomba dan itu diloloskan ke tahap dua oleh dosen tanpa di-review. Tapi itu juga bakal balik lagi diseleksi di Dikti. Dari beberapa kelompok, dari awal ada yang nggak lolos, tapi karena dia satgas jadi diloloskan,” tambahnya.


Tidak hanya itu, mahasiswa yang berpartisipasi dalam PKM Belmawa Unsoed mengungkapkan kekecewaannya terhadap mekanisme penilaian yang dirasa tidak sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. 


“Menurutku, mekanisme penilaian PKM di Unsoed masih kurang relevan. Soalnya dari komentar-komentar juri yang ada di pengumuman kelolosan, masih banyak yang kurang sesuai dengan penilaian yang ada di buku panduan. Hal-hal yang dinilai itu hal yang seharusnya ga dinilai, jadi  banyak tim yang nilainya jeblok,” tutur Ayu (nama samaran). 


Sementara itu, Alizar Isna, selaku dosen reviewer dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), menyangkal adanya dugaan ketidakobjektifan dalam proses penilaian dan pelolosan proposal. Menurutnya, kriteria penilaian yang digunakan telah mengikuti standar yang ditetapkan oleh Belmawa. 


"Kriteria penilaian kita mengacu pada kriteria penilaian Belmawa. Sebagai reviewer nasional, kami memiliki kisi-kisi yang telah ditetapkan. Kami berharap agar proposal yang kami terima memiliki nilai yang baik," jelasnya.


Isna juga menjelaskan bahwa Unsoed tidak dapat mencapai besaran kuota yang harus dikirimkan ke Belmawa. Sehingga ia mempertanyakan, bagaimana nepotisme hadir jika kuota yang harus dicapai tidak terpenuhi. 


“Nepotisme dimaknai bahwa dosen menawarkan agar proposal diloloskan, pertanyaan saya, bagaimana itu muncul apabila sisi kuantitas saja kita belum memenuhi. bagaimana kita menawarkan agar ‘saya luluskan’ jika tidak ada relevansinya. Kalau ada ketidakobjektifan, saya menilai bukan ketidakobjektifan, tetapi ada perbedaan sudut pandang penilaian dosen,” tambahnya


Pada tahun lalu, ketaatan asas Unsoed jauh dari target yang diharapkan, hanya 44%, yang berarti 56% mahasiswa Unsoed tidak menaati aturan yang tercantum dalam ketentuan PKM. Arfik Hardanto selaku pembina PKM, mengungkapkan kekecewaannya terhadap hal ini. Ia menjelaskan bahwa banyak mahasiswa yang tidak lolos di tahap pertama karena tidak taat dengan format proposal yang sudah ditentukan. 


“Tahun lalu ketaatan format Unsoed itu hanya 44% dan itu sangat disayangkan. Terkadang mahasiswa kita melanggar aturan seperti jumlah halaman, daftar tabel atau gambar. Kalau kesalahan seperti itu saja, mahasiswa sudah tidak akan lolos tahap pertama,” tutur Arfik.


Arfik juga mengatakan bahwa dugaan dosen yang tidak melaksanakan tugasnya hanya kesalahpahaman. Adanya ketidakseimbangan antara beban kerja dosen dan hak yang seharusnya diterima, menjadi salah satu faktor penyebabnya, sehingga tugas tersebut dialihkan ke dosen lain. 


“Mahasiswa mungkin sudah ngasih ke dosen untuk di-review. Tapi kenapa nggak di-review, karena itu digantikan sama dosen yang lain, tapi secara brief biasanya,” ucap Arfik.


Reporter: Sri Handayani, Reynaldo Alfariza, Muhammad Rifqi, Nur Zakiyatul, Salsabila Anita, Dinda Aulia 

Penulis: Anyalla Felisa 

Editor: Hanna C


Posting Komentar untuk "Mahasiswa Soroti Dugaan Ketidakobjektifan Seleksi PKM Belmawa: Pihak Kampus Tepis Tuduhan "